Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Yahyatullah Muzakkir

Membaca Tan Malaka dan Realitas Gerakan Hari Ini

Pembakaran menjadi penanda bahwa gerakan seperti demonstrasi oleh anak muda dan mahasiswa sepenuhnya bukan kendali mereka

Editor: AS Kambie
Ist
OPINI - Andi Yahyatullah Muzakkir Founder Anak Makassar Voice. Yahyatullah Muzakkit aktif menulis opini Tribun Timur. 

Oleh: Andi Yahyatullah Muzakkir
Founder Anak Makassar Voice

TRIBUN-TIMUR.COM - Tan Malaka adalah tokoh yang hidup dan hadir pada setiap zaman melalui pikiran-pikiran briliannya.

Siapa Tan Malaka dan apa pentingnya membaca dan menerjemahkan kembali pikirannya dalam realitas gerakan anak muda dan mahasiswa hari ini?
Pertanyaan di atas menjadi pengantar dalam tulisan ini ketika sebuah gerakan mahasiswa dan anak muda tak lagi mampu menghadirkan sebuah perubahan besar.

Tan Malaka adalah sang revolusioner sejati, dalam hidupnya cita-cita dan kecintaannya terhadap bangsa dan negara begitu sangat besar. Dalam beberapa tulisan ia dijelaskan sebagai sosok yang sangat besar andilnya dalam kemerdekaan Indonesia dengan jalan pemikiran. Ia juga adalah sosok tak kenal kompromi, hal itu tercermin ketika Sutan Sjahrir memilih jalur diplomasi melalui pidato PBB dan membangun hubungan ke negara-negara lain untuk meraih dukungan. Namun, Tan Malaka lebih memilih mengangkat senjata dan berhadap-hadapan dengan kaum penjajah.

Saking idealisnya ia selalu berseberangan pikiran dengan tokoh-tokoh lain dalam konsep kemerdekaan Indonesia.

Tan Malaka dalam seri buku tempo “Bapak Bangsa” dituliskan sebagai penggagas awal Republik Indonesia. Saat berkelana sebagai orang buangan sebab permohonannya untuk kembali ke Jawa ditolak Gubernur Jenderal Hindia Belanda Dirk Fock membuatnya makin kesal, ketika itu rekan-rekannya di tanah air berjuang melawan imperialis.

Maka, di sela-sela tugasnya sebagai agen Komintern di Tiongkok, Tan Malaka menulis sebuah brosur panjang yang berjudul “Naar de Republik Indonesia (Menuju Republik Indonesia). Naar de Republik terbit di Filipina pada Desember 1925, cetakan ke dua ini menyebar luas melalui jaringan Perhimpunan Pelajar Indonesia.

Olehnya itu, melalui pemikiran yang sangat briliant ini, para pemimpin perjuangan termasuk Bung Karno yang memimpin klub debat di Bandung membaca buku Tan ini dan selalu membawanya.

Begitupun dengan Muhammad Yamin yang memuja Tan pernah berkata “Tan tak ubahnya Bapak Bangsa Amerika Serikat, Thomas Jefferson dan George Washington : merancangkan Republik sebelum kemerdekaannya tercapai.”

Para tokoh-tokoh penggerak dan pemimpin perjuangan ini banyak diwarnai oleh pemikiran Tan Malaka kala itu.

Ketika Sutan Sjahrir melakukan jalan diplomasi untuk kemerdekaan Indonesia, Soekarno dan Hatta memilih berkoalisi dengan Jepang untuk meraih kemerdekaan.

Namun, Tan Malaka lebih memilih mengangkat senjata, tanpa kompromi ingin merdeka seutuhnya, tak ingin hadiah kemerdekaan dan tak ingin legitimasi dari Jepang. Ini tentu makin mengukuhkan Tan Malaka sebagai sosok yang idealis, memiliki cita-cita dan keyakinan yang kuat akan bangsa dan negara, cita-cita yang besar untuk republik Indonesia.

Lantas bagaimana dengan realitas gerakan anak muda dan mahasiswa hari ini?

Begitu banyak fenomena yang bisa menjadi acuan untuk kita menilai sekaligus menyimpulkan gerakan anak muda dan mahasiswa hari ini. Salah satunya pasca tragedi pembakaran sejumlah gedung DPRD di beberapa tempat di Indonesia baru-baru ini bisa menjadi suatu amatan dan fenomena tersendiri.

Bahwa karakter anak muda dan mahasiswa hari ini rupanya gampang terbakar, gampang tersulut api emosinya, dan tidak terkendali.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved