Opini Abbas Langaji
To MakkadangngE Ri Labu' Tikka, Gelar Adat Menteri Agama RI Untuk Kepemimpinan Dunia
Kedatuan Luwu sendiri dalam beberapa literatur merupakan salah satu kerajaan (akkarungeng) tua di Nusantara.
Penulis : Abbas Langaji (Rektor UIN Palopo)
TRIBUN-TIMUR.COM - Aringkalinga maneng ko... iya e anrikku la Nasaruddin Umar rigelle ni To MakkadangngE ri Labu' Tikka (dengarlah kalian semua... adikku ini Nasaruddin Umar sudah digelar To MakkadangngE ri Labu' Tikka).
Demikian pekikan penggalan pengumuman dari Datu Luwu ke-40 La Maradang Mackulau Opu To Bau SH, diucapkannya sampai tiga kali berturut-turut, penanda resminya Menteri Agama Republik Indonesia, Prof Dr KH Andi Nasaruddin Umar MA, menyandang gelar adat dari Kedatuan Luwu.
Seisi ruangan SalassaE dalam kompleks Istana LangkanaE Kedatuan Luwu (dibangun tahun 1920) di jalan Andi Tenripadang Kelurahan Amassangan Kecamatan Wara Kota Palopo, pagi itu Jumat 3 Oktober 2025, menjadi saksi prosesi penganugerahan gelar adat tersebut.
Kedatuan Luwu sendiri dalam beberapa literatur merupakan salah satu kerajaan (akkarungeng) tua di Nusantara.
Gubernur Hindia Belanda di Makassar pernah menerangkan masa keemasan kerajaan ini telah dimulai sejak abad ke-10 hingga 14 (1889).
Kerjaan ini mengenal Islam di era kepemimpinan Datu Luwu Andi Pattiware’ Daeng Parabung atau Pati Arase yang bergelar Petta Mattinroe ri Malangke, sekitar tahun 1587 hingga 1615.
Gelar To MakkadangngE ri Labu' Tikka yang diterima Menteri Agama RI Andi Nasaruddin Umar ini secara harfiah berarti Berpegang ke Kiblat.
Opu Pabbicara (semacam juru bicara) Kedatuan Luwu, Luthfy A Mutty, menjelaskan makna filosofisnya yang sangat dalam.
Gelar ini berarti orang yang senantiasa konsisten menegakkan kebenaran dan berpegang teguh kepada pengamalan Islam secara menyeluruh.
Menteri Agama RI Andi Nasaruddin Umar sendiri dikenal luas sebagai figur ulama Sulawesi Selatan yang dapat diterima semua kalangan dengan kecendikiawanannya dalam studi Islam.
Memiliki rekam jejak ketegasan dan keluwesan dalam menyampaikan pesan-pesan agama dan istiqamah dalam membina umat, baik ketika menjadi guru puluhan tahun di berbagai pondok pesantren, mengajar sebagai dosen di berbagai perguruan tinggi, hingga mengemban amanah sebagai pejabat pemerintahan di berbagai level.
Pesan YM Datu Luwu melalui Opu Pabbicara saat prosesi penganugerahan gelar adat agar jangan silau oleh harta, jangan lumpuh oleh jabatan, dan jangan tuli oleh pujian, seolah menjadi antitesis sosok Menteri Agama RI yang sangat sederhana dalam urusan harta, menjadi pejabat publik yang rendah hati dan terbuka terhadap kritik.
Penganugerahan gelar adat ini dapat menjadi pesan kepada bangsa kita termasuk dalam konteks global, bahwa betapa krisis kepemimpinan regional, nasional hingga internasional yang tidak sedikit menampilkan wajah dekadensi keteladanan saat ini, bisa dimulai dengan konsistensi dalam kebaikan dan ketegasan dalam bersikap.
PKK Sidrap Borong Prestasi di Jambore Sulsel 2025, Bawa Pulang 4 Penghargaan |
![]() |
---|
80 Tahun TNI, Kodim Bone Soroti Peran Prajurit sebagai Pelindung Rakyat |
![]() |
---|
Darah Sulsel Lahir di Jambi, Andi Aisyah Kembali ke Tanah Leluhur Lewat MQK Wajo |
![]() |
---|
Asmo Sulsel Beri Promo Honda Scoopy, DP Ringan dan Hadiah Menarik |
![]() |
---|
Ketua PAN Sulsel Dapat Tantangan Baru, DPP Ingin Tembus Tiga Besar di 2029 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.