Opini
Mindset Buku dan Meluruskan Arah Gerakan Literasi Sekolah
SETIAP menyambut Hari Buku Nasional HBN pada 17 Mei 2024, penulis selalu diliputi rasa haru dan bahagia.
Oleh: Bachtiar Adnan Kusuma
Ketua Forum Nasional Penerima Penghargaan Tertinggi Nugra Jasadharma Pustaloka Perpustakaan Nasional RI
SETIAP menyambut Hari Buku Nasional HBN pada 17 Mei 2024, penulis selalu diliputi rasa haru dan bahagia.
Betapa tidak, selain 17 Mei 2024 diperingati HBN juga hari pertamakalinya penulis menggagas penerbit Yapensi, 17 Mei 1996, Milad
istri tercinta penulis, 17 Mei 1976 Ani Kaimuddin Machmud dan 28 tahun perkawinan kami berdua.
Istimewanya karena di HBN penulis mempersembahkan buku bertajuk Bachtiar Adnan Kusuma, Anak Kolong Berwajah Buku, Cara Sukses Menulis Biografi Tokoh’ yang disunting Tokoh Literasi Sumatera Barat, Muhammad Subhan.
Nah, sebagai wujud syukur di HBN dan milad 28 Tahun perkawinan, penulis bersyukur kehadirat Allah SWT karena masih saja tetap memilih jalan literasi dan buku sebagai sebuah pilihan hidup.
Tak banyak orang memiih literasi dan buku sebagai pilihan hidup, selain profesi menulis buku tidak menjanjikan kata orang,
menekuni bisnis buku penuh tantangan dan rintangan.
Apalagi budaya membaca di Indonesia belum menjadi sebuah industri.
Maksud penulis, kalau saja budaya membaca telah menjadi industri, otomatis membaca telah menjadi life style, gaya hidup dan menjadi kebanggaan banyak orang.
Para penulis bisa jadi kaya karena membaca telah menjadi industri, buku-buku para penulis laris manis dan bisa menjadi sumber mata air kehidupan mereka.
Karena ukuran bangsa yang maju adalah bangsa yang membaca menjadi kebutuhan primer.
Syahdan, penulis jujur mengakui, Indonesia tak bisa dipungkiri sebagai bangsa yang belum gemar membaca dan masih saja berada di nomor urut sepatu jika dibandingkan minat baca negara-negara lainnya.
Sebagai bangsa yang jumlah penduduknya terbesar keempat di dunia, kita masih berada di urutan 69 dari 76 negara yang memiliki kemampuan membaca siswanya masih rendah.
Posisi kebiasaan dan kemampuan membaca siswa di Indonesia masih lebih rendah jika dibandingkan Vietnam yang menduduki urutan 12 dari total negara yang disurvei.
Namun setiap ada survei yang dirilis lembaga-lembaga lain berbasis luar negeri, penulis selalu miris dan tidak percaya kalau minat baca bangsa Indonesia rendah.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.