Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Rambu Solo Ne Linggi

Momen Jenazah Ne' Linggi Diarak Jalan Kaki 300 Meter ke Pemakaman

Mereka membawa jenazah Ne' Linggi dengan menggunakan tandu tradisional yang dihiasi dengan ukiran ciri khas Toraja. 

Penulis: Erlan Saputra | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM/ERLAN SAPUTRA
Potret Jenazah Ne' Linggi diarak menuju pemakaman di Makam (Patane) Tua, Kelurahan Pangli, Kecamatan Sesean, Toraja Utara, Jumat (19/4/2024) sore. Dalam tradisi pemakaman Toraja, prosesi pemindahan jenazah ke tempat pemakaman, yang disebut Meawa. 

Pada 15 Juli 1917, Pong Massangka memimpin beberapa pengikut ke Rantepao pada hari pasar untuk menunggu kesempatan terbaik menyerang dan membunuh kontrolir Belanda yang bernama Brower yang biasanya hadir di setiap hari di sore hari.

Saat itu Pong Massangka dan para pengikutnya siaga di sekitar pasar. Mereka sudah sudah sangat dekat dari pemimpin Belanda yang ada di Toraja itu.

Saat senjata akan diterbangkan ke Kontroler Brower,Pong Massangka menghentikan serangannya. 

Dia mengurungkan niat menyerang dan menghabisi pemimpin Belanda di Toraja saat itu karena iba melihat anak si Belanda yang terjatuh dan menangis.

Brower dan istrinya pun memutuskan untuk segera pulang, meninggalkan pasar, dan menggagalkan pembunuhan yang direncanakan Pong Massangka dan pengikutnya.

Tapi tekad Pong Massangka menghabisi pemimpin tertinggi Belanda di Toraja hanya tertahan sementara.

Segera dia menyusun rencana ulang untuk meneruskan tekad.

Semangat yang terpendam selama masa beberapa kali panen padi itu pada malam itu dan malam berikutnya Pong Massangka dan para pengikutnya dengan dukungan aktif diam-diam dari banyak orang menyerbu Pasar To'Karau dalam satu jam dan membakar kios kios pasar yang baru saja dibangun.

Mereka kemudian kembali ke Pangli dimana mereka membakar tiga jembatan yang menghubungkan desa itu dengan jalan ke Rantepao sebuah jalan yang dibenci oleh massangka karena pemerintah Belanda telah menyita sebagian sawahnya untuk membangun jalan itu tanpa berunding dengan Pong Massangka.

Para penduduk pangli dengan segera berada dalam hiruk-pikuk anti Belanda mereka membangun berbagai barikade di sekitar pintu-pintu masuk desa dan mempersiapkan diri melawan pasukan Belanda yang mereka tahu akan segera datang.

Berbagai laporan kepada asisten residen mengindikasikan bahwa Belanda memperkirakan terjadinya sebuah pertempuran sengit di Pangli contolir Brower dan pasukannya setengah Brigade polisi bersenjata bergerak dari Bori ke balusu dengan meminta kubu dipanggil barikade salah dua Brigade Infanteri dari Palopo dan 2 dari Enrekang tengah dalam perjalanan untuk menghadapi setiap perlawanan berat 

Brower pergi ke Balusu karena ia curiga bahwa Ne'matandung bagaimanapun juga terlibat dalam pembunuhan sang misionaris yakni van de loosdrecht.

Sebuah kecurigaan yang kian kuat saat Sang Penguasa alamat tak hanya menolak untuk bertemu dengannya tapi juga mengirim seekor babi kurus ia menggelikan dan sepasang ayam sakit yang sudah tua sebagai bentuk tindakan yang menggambarkan harga dirinya pada pejabat Belanda terkemuka di rantepao itu.

Menjelang malam semua kampung di sekitar menyulut api sebagai bentuk dukungan atas kegarangan Ne'matandung dan Sejak pagi berikutnya 500 pendukung bersenjata menunggu di dekat perbukitan yang mengelilingi pemerintah yang tak disukai itu.

Setelah setengah hari pengejaran terus-menerus seorang Toraja meninggal ditembak saat ia menuju ke seorang pembawa pesan yang membawa surat perintah ke Ne'matandung. 

Jalan buntu berakhir ketika asisten presiden tiba-tiba dengan pasukannya dari Palopo dan setengah Brigade polisi lainnya dari Makale.

Di hadapan majunya Belanda prajurit Ne'matandung tercerai-berai di sepanjang daerah yang berbukit-bukit, secara tidak efektif melakukan perlawanan dengan tombak dan parang melawan senjata api Belanda.

Beberapa lagi orang Toraja terbunuh atau tertangkap dan perlawanan itu pun akhirnya dihancurkan.

Pong Masangka pun sempat diasingkan sebelum dipulangkan kembali di tanah kelahirannya.(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved