Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Pemilih Muda dalam Menata Jalan Indonesia Emas 2045

Hasilnya bahwa mayoritas anak muda (77.5 persen) masih percaya bahwa partisipasi politik mereka dapat berkontribusi perumusan kebijakan publik

Editor: Sudirman
Ist
Arief Rosyid Hasan Direktur Eksekutif Merial Institute 

Arief Rosyid Hasan

Direktur Eksekutif Merial Institute – Center for Youth Development Studies

SEBUAH riset dari Centre For Strategic and International Studies (CSIS) menemukan bahwa tingkat kepedulian pemilih muda terhadap politik pada tahun 2024 menunjukkan tren yang cukup bagus.

Hasilnya bahwa mayoritas anak muda (77.5 persen) masih percaya bahwa partisipasi politik mereka dapat berkontribusi terhadap perumusan kebijakan publik.

Meskipun demikian, ada juga sebagian anak muda yang skeptis, dengan 18.5 persen tidak percaya dan 4 persen sangat tidak percaya bahwa partisipasi mereka dapat membuat perbedaan dalam perumusan kebijakan publik.

Selain itu, ada tiga isu penting yang paling menarik perhatian pemilih muda ini, yakni penyediaan lapangan pekerjaan (48,2 persen), diikuti oleh jaminan kesehatan dan kesejahteraan rakyat (13,5 persen), serta peningkatan kesadaran ekonomi digital atau ekonomi kreatif (13,2 persen).

Membaca narasi politik anak muda ini menjadi penting sebab lebih dari 50 persen artinya sebagian besar pemilih adalah orang muda yang telah memberikan suaranya pada Pemilihan Presiden 14 Februari lalu.

Rentetan waktu sebelum Pemilu 2024, telah dilihat adanya perubahan lanskap politik, di mana kita menemukan gaya baru atau tipe politik ala pemilih muda yang yang dinamis, adaptif dan responsif.

Pemilih Muda dan Media Sosial

Hasil survei CSIS menunjukkan bahwa anak muda kini menjadikan media sosial sebagai sumber referensi informasi utama.

Terjadi peningkatan yang signifikan terhadap penggunaan smartphone dan media sosial.

Sebagai data, pada tahun 2018, baru ada 39.5 persen orang muda yang mengakses informasi lewat media sosial.

Sementara mereka yang mengakses informasi lewat televisi angkanya lebih tinggi yakni 41.3 persen.

Kondisi ini berubah drastis pada tahun 2022 di mana pemanfaatan media sosial sebagai sumber informasi meningkat menjadi 59 persen.

Sedangkan akses terhadap televisi kini ada di angka 32 persen saja.

Sumber-sumber informasi lain seperti berita daring hanya berkisar di 8.2 persen (2018) dan 6.3 persen (2022).

Sementara surat kabar, radio, dan podcast menjadi kanal informasi yang sangat kecil audiensnya.

Selain itu, penetrasi internet juga terlihat semakin baik.

Pada 2018, terdapat 86 persen anak muda yang mengakses internet dalam tiga bulan terakhir.

Angka ini meningkat menjadi sekitar 93,5 persen pada tahun 2023.

Aplikasi yang kian populer seperti TikTok kini dimiliki sekitar 56 persen anak muda.

Sedangkan pengguna Twitter relatif terbatas, yakni di kisaran 20-an Persen.

Tidak hanya sebagai alat komunikasi, media sosial menjadi panggung di mana pemuda menyuarakan keprihatinan dan aspirasi.

Mereka memanfaatkan kekuatan viralitas untuk mengampanyekan isu-isu penting dalam menciptakan momentum
yang signifikan.

Dalam konteks Pemilu, keterlibatan aktif ini menciptakan pencerahan politik di kalangan tertentu dan sekaligus meresapi pesan politik ke dalam lapisan masyarakat yang lebih luas.

Perubahan citra pemuda dari sekadar penonton politik menjadi subjek yang memiliki kekuatan memberikan dampak pada tingkat partisipasi, dan membentuk identitas politik yang lebih kuat.

Pemuda tidak lagi dilihat sebagai kelompok yang pasif atau tidak berkepentingan terhadap politik, melainkan sebagai kekuatan yang dapat membawa perubahan positif.

Pentingnya mengubah citra dan posisi pemuda sebagai subjek politik terlihat dari dampak positif yang dihasilkan.

Pemuda yang merasa diakui sebagai subjek perubahan cenderung lebih terlibat dalam diskusi publik, kampanye, dan berbagai
kegiatan politik.

Hal ini mampu memperkuat demokrasi, juga menciptakan fondasi yang lebih solid untuk pembangunan berkelanjutan.

Kenapa pemuda perlu dipersiapkan sedemikian matang, dan salah satu mengukur kesadarannya adalah dimulai dari kesadaran berani memilih dan menjadi pemimpin.

Hal tersebut, tidak lain untuk mempersiapkan Indonesia menuju tercapainya Indonesia Emas 2045.

Dalam buku Peta Jalan Indonesia Emas 2045 (2023) disebutkan Indonesia Emas merupakan tujuan kolektif bagi masyarakat
Indonesia.

Aspirasi Indonesia Emas 2045 adalah Indonesia yang makmur, bertumbuh secara berkelanjutan, dan inklusif.

Tulang Punggung Indonesia Emas

Indonesia sebagai salah satu negara yang digadang-gadang akan menempati bagian dari sepuluh besar negara yang mampu maju dan mandiri secara perekonomian, terus mempersiapkan strategi dan siasat dan mewujudkan kemandirian ekonomi.

Guru Besar Universitas Padjadjaran Bandung (UNPAD), Prof Arief Anshory Yusuf menyebutkan bahwa kemerdekaan Indonesia tidak dapat dipahami sebatas berakhirnya masa penjajahan sebelum deklarasi kemerdekaan.

Seharusnya, ketika kita memahami kemerdekaan sekaligus penjajahan dalam arti yang luas, dapat ditemukan bahwa merdeka dari kolonialisme pada hakikatnya merdeka dari penjajahan dalam bentuk apapun.

Termasuk neokolonialisme dan berbagai bentuk penindasan yang dilakukan oleh satu kelompok kepada kelompok lain, secara ekonomi, politik, atau bahkan budaya.

Sebagai sebuah pembacaan, faktor ekonomi dapat menjadi landasan pijak dalam melihat kemerdekaan dan kemajuan suatu negeri.

Kabar baiknya, Indonesia memiliki peningkatan perekonomian yang signifikan.

Pada tahun 2045, 100 tahun sejak kemerdekaannya, Indonesia diproyeksikan menjadi ekonomi terbesar ke-4 di dunia (berdasarkan PDB PPP) dan ke-8 terbesar (dari PDB riil).

Laporan RPJPN Bappenas ini memproyeksikan kenaikan sebesar 2,5 kali lipat dari PDB riil saat ini, yaitu $1,1 triliun di 2022 (ekonomi terbesar ke-17) menjadi $2,8 triliun dalam 22 tahun ke depan.

Indonesia akan menjadi ekonomi berpenghasilan tinggi (high-income economy) dan keluar dari posisi ekonomi berpenghasilan menengah (middle-income trap) di 2038, sesuai dengan proyeksi RPJPN 2025-2045 dari Bappenas.

Tentu saja kita dapat optimis dalam laporan angka-angka yang diberikan tapi PR ke depan masih akan jauh lebih banyak.

Meminjam istilah Gibran Rakabuming Raka, “tantangan zaman now, perlu solusi zaman now”.

Sehingga sebagai tulang punggung Indonesia Emas, penulis mengajak seluruh orang muda atau anak zaman now untuk bergandengan tangan dalam menyongsongnya.

Pura babbara sompe’ku, pura tangkisi’ golikku, ulebbirenni tellennge nato’walie.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved