Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Syak Wasangka

Jangankan kita, Baginda Rasulullah yang Maksum pun, masih ada saja yang mensyak wasangkakannya.

Editor: Sudirman
Ist
Idrus Marham, Sekretaris TKS Prabowo Gibran 

Tegas, gamblang dan keras.

Baginda Rasulullah SAW tegas tegas juga sikapnya terhadap syak wasangka atau suudzhon. Sebagaimana sabdanya , "Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta" (HR. Al-Bukhari).

Sebegitu jelas dan tegasnya hukum bersyak wasangka.

Pertanyaan mengherankannya, mengapa syakwasangka tetap saja populer di masyarakat?

Tentu banyak alasannya. Di antaranya karena Syak wasangka adalah penilaian yang gampang cair.

Syak wasangka, biasanya lahir dengan mengedepankan kasus kasus yang cenderung bersinggungan dengan "logika rasa" dari banyak orang.

Seperti kekhawatiran yang besar cenderung mencaplok yang kecil, kuat menindas yang lemah, dan seterusnya.

Merembet sampai ke ruang rasa dizalimi, dicurangi, dan seterusnya.

Akibatnya, tanpa disadari, Syak wasangka cenderung berubah bentuk menjadi logika pelarian atas sebuah ketidakberdayaan.

Makanya, orang yang sedang tak berdaya cenderung gampang terpengaruh syak wasangka.

Dan bahkan, itu bisa jadi upaya untuk memberi pembenaran atas ketidakberdayaannya.

Parahnya sikap begini ini gampang menjadi sikap kolektif dan membuat syak wasangka mudah menjadi kompleksitas sosial.

Secara teoritis, Syak wasangka sebenernya memang hanya ruang subyektif.

Tapi daya tularnya bisa menggelinding bak bola salju.

Menyebar ke hampir semua lini kehidupan, maka jangan terkejut jika syak wasangka begitu bertaburan di ruang sejarah, ruang perekonomian, sosial budaya, agama, apalagi politik.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved