Opini
Syak Wasangka
Jangankan kita, Baginda Rasulullah yang Maksum pun, masih ada saja yang mensyak wasangkakannya.
Tegas, gamblang dan keras.
Baginda Rasulullah SAW tegas tegas juga sikapnya terhadap syak wasangka atau suudzhon. Sebagaimana sabdanya , "Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta" (HR. Al-Bukhari).
Sebegitu jelas dan tegasnya hukum bersyak wasangka.
Pertanyaan mengherankannya, mengapa syakwasangka tetap saja populer di masyarakat?
Tentu banyak alasannya. Di antaranya karena Syak wasangka adalah penilaian yang gampang cair.
Syak wasangka, biasanya lahir dengan mengedepankan kasus kasus yang cenderung bersinggungan dengan "logika rasa" dari banyak orang.
Seperti kekhawatiran yang besar cenderung mencaplok yang kecil, kuat menindas yang lemah, dan seterusnya.
Merembet sampai ke ruang rasa dizalimi, dicurangi, dan seterusnya.
Akibatnya, tanpa disadari, Syak wasangka cenderung berubah bentuk menjadi logika pelarian atas sebuah ketidakberdayaan.
Makanya, orang yang sedang tak berdaya cenderung gampang terpengaruh syak wasangka.
Dan bahkan, itu bisa jadi upaya untuk memberi pembenaran atas ketidakberdayaannya.
Parahnya sikap begini ini gampang menjadi sikap kolektif dan membuat syak wasangka mudah menjadi kompleksitas sosial.
Secara teoritis, Syak wasangka sebenernya memang hanya ruang subyektif.
Tapi daya tularnya bisa menggelinding bak bola salju.
Menyebar ke hampir semua lini kehidupan, maka jangan terkejut jika syak wasangka begitu bertaburan di ruang sejarah, ruang perekonomian, sosial budaya, agama, apalagi politik.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.