Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Mahasiswa Dengan Penyakit Bulanannya

Beberapa orang bahkan memilih untuk jauh dari kampung halamannya demi mengenyam pendidikan yang lebih tinggi.

Editor: Sudirman
Ist
Nurul Gina Az-Zahra 

Oleh: Nurul Gina Az-Zahra

PENDIDIKAN adalah suatu hal yang tentunya memiliki peran penting dalam kehidupan manusia.

Beberapa orang bahkan memilih untuk jauh dari kampung halamannya demi mengenyam pendidikan yang lebih tinggi.

Mengambil keputusan untuk berada pada lingkungan baru dan berdaptasi dengan orang-orang di dalamnya akan menjadi proses bagi seorang perantau.

Defenisi “rantau” dapat diartikan sebagai perpindahan seseorang ke wilayah yang baru dan meninggalkan tempat dimana ia lahir dan betumbuh, dengan adanya tujuan memperbaiki kehidupan baik itu untuk bekerja atapun untuk menimba ilmu.

Laksana petuah dari Imam Syafi’i yang berkata, “Orang yang berilmu dan beradab tidak akan tinggal berdiam diri di kampung
halamannya.”

Petuah tersebut yang mungkin banyak membawa para cendikiawan negeri dalam bereksplorasi dan mencoba setiap hal yang ada di muka bumi ini.

Namun menjadi anak rantauan tidaklah begitu mudah dengan katanya.

Ada banyak pressure yang akan di dapatkan dalam wilayah baru yang di tempatinya.

Meninggalkan zona nyamannya adalah suatu keputusan yang cukup berat.

Juga, seorang perantau biasanya akan mendapatkan beberapa culture shock yang akan membuat perantau sulit untuk beradaptasi di lingkungan barunya.

Namun di balik semua tekanan-tekanan yang datang silih berganti, ada homesickness yang lebih banyak mempengaruhi mental dan fisik seorang perantau.

Homesickness adalah suatu keadaan dimana seseorang selalu mengingat tentang tempat tinggal aslinya.

Dalam artian, ia merindukan rumah bahkan suasana yang selama ini menjadi tempatnya untuk bertumbuh.

Homesickness biasanya muncul saat seseorang baru merasakan berjarak dengan keluarganya.

Tapi tidak dapat dipungkiri juga bahwa orang-orang yang sudah terbiasa jauh dari keluarga tidak merasakan yang namanya homesick/homesickness.

Karena pada dasarnya, homesick tidak hanya menyerang para perantau baru.

Menurut Mozafarinia dan Tavafian (2014) ia mengemukakan bahwa homesick adalah suatu keadaan dimana seseorang tengah memikirkan rumah dan merindukan seorang temannya secara berulang-ulang, dengan hadirnya keadaan emosional yang negatif ini.

Seseorang yang mengalami homesick akan berkeinginan untuk kembali ke lingkungan yang familiar, juga terkadang
menimbulkan keluhan fisiknya.

Keadaan seperti itu seringkali dialami oleh mahasiswa rantau yang sudah bertahun-tahun membentang jarak dengan sanak keluarganya.

Perasaan tersebut memang sulit untuk dihindari, apalagi jika kita merasa sendiri, juga mendapatkan masalah yang cukup sulit.

Tentunya hal itu bisa membawa ingatan mahasiswa rantau dengan suasana rumah ataupun hal-hal yang biasanya mereka lakukan saat berkumpul.

Penyebab lain dari keadaan tersebut adalah ketika seseorang sulit untuk berkomunikasi dengan keluarganya, dan merasakan bahwa tempat asing yang sedang ia pijaki saat itu tidak memberikan kenyamanan.

Dengan umur yang baru memasuki dewasa muda seringkali mempengaruhi penyesuaian diri mahasiswa serta kematangan dalam mengelola emosinya.

Hal ini biasanya memicu adanya kesedihan yang berlarut-larut hingga membuat mahasiwa jatuh sakit.

Mereka terlalu banyak memikirkan tentang rumah bahkan pada setiap kegiatannya di kampus atau hal-hal yang
ditemuinya selalu mengaitkannya pada keluarga atau wilayah aslinya.

Hal tersebut biasanya akan berdampak pada konsentrasi dan produktivitas mahasiswa.

Dengan profesinya sebagai seorang pelajar, mahasiswa akan banyak berhadapan pada tugas-tugas mata kuliahnya, di luar daripada itu mahasiswa yang mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa juga pasti mengemban sebuah amanah di dalamnya.

Dalam artian, semua aktivitas-aktivitas yang seharusnya mahasiwa kerjakan dengan baik, harus mendapatkan kendala dari efek homesick yang dialaminya.

Hal ini dapat menjadi beban yang berdampak terhadap psikologis seorang mahasiswa.

Pernyataan tersebut telah dibuktikan oleh Aulia (2022) dalam skripsi yang dilakukannya dengan meneliti mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta, yang membahas tentang homesickness.

Dengan beberapa informannya yang mengatakan jika serangan homesick pada mahasiswa rantau dapat berdampak pada aktivitas sehari-harinya.

Mahasiswa yang sulit mengendalikan homesick ini biasanya tidak bergairah dalam melakukan suatu hal, keadaaan fisik yang tidak fit akan mengganggu produktivitas mahasiswa itu sendiri, pola makan yang tidak lagi teratur.

Juga apabila jika mahasiswa teralalu larut dalam perannya akan mempengaruhi mahasiwa untuk tidak mengerjakan kewajibannya sebagai seorang pelajar.

Kerinduan terhadap seseorang memang sangatlah wajar. Apalagi bagi mahasiswa baru yang pertama kali berjauhan dengan orang-orang yang disayanginya.

Namun ketika terlalu larut juga hanya akan mendatangkan masalah baru.

Dengan ini, jika mahasiswa merasakan keadaan yang ciri-cirinya sudah mengarah kepada hal terebut, sebaiknya perlu ditangani dengan cepat.

Namun perlu diketahui bahwa homesickness bukanlah suatu penyakit mental, tetapi keadaan seperti itu juga tidak boleh disepelekan karena akan berdampak pada produkvitas mahasiswa.

Jadi, mahasiswa harus pintar dalam mengatasi masalah yang satu ini.

Cobalah untuk mengalihkan pikiran dari hal-hal yang berkaitan dengan rumah, semisal mencari kegiatan atau kesibukan yang membuat mahasiswa dapat melupakan sejenak tentang kerinduannya.

Mahasiswa juga dapat berkomunikasi via ponsel dengan sanak keluarga untuk meruntuhkan rindu yang terus memupuk, karena dengan hanya mendengar kabarnya, dengan mendengar suara dan lihai tawanya juga akan dapat mengurangi kerinduan mahasiswa.

Semua hal tentu memiliki tantangan dan konsekuensinya masing-masing.

Dan menjadi mahasiswa rantau harus siap dengan sikap mandiri serta sepi yang merangkap menjadi teman karib.

Ketimbang untuk memikirkan hal-hal yang akan mempengaruhi progresivitas akademik, lebih baik mahasiswa melakukan hal-hal atau kegiatan yang disenangi dan tidak menjadikan beban tambahan, hingga rasa sedih memikirkan keluarga tidak lagi mengisi ruang di kepala.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Pahlawan Soeharto

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved