Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Neurosains di Era AI: Saat Otak Manusia Belajar Bersama Mesin

Neurosains telah lama mengungkapkan bahwa otak bersifat plastis, sebuah kemampuan yang dikenal sebagai neuroplasticity

Editor: Ari Maryadi
ISTIMEWA
Muliana GH Mahasiswa Program Doktoral Universitas Negeri Malang sekaligus Dosen Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Makassar. 

Oleh Muliana GH
Mahasiswa Program Doktoral Universitas Negeri Malang
Dosen Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Makassar


OTAK manusia adalah mesin alami paling kompleks yang pernah ada, karena otak ciptaan tuhan ini mampu belajar, beradaptasi, dan mencipta.

Namun kini, di era kecerdasan buatan (AI), kita menghadapi fenomena unik: otak manusia tidak lagi belajar sendirian.

Ia belajar bersama mesin. Pertanyaannya, bagaimana hubungan ini mengubah cara kita berpikir, belajar, dan memahami dunia?

AI dan Neuroplaticity Otak

Neurosains telah lama mengungkapkan bahwa otak bersifat plastis, sebuah kemampuan yang dikenal sebagai neuroplasticity.

Setiap kali kita mempelajari hal baru, neuron-neuron di otak membentuk jalur koneksi baru. 

Ketika mahasiswa kini menggunakan ChatGPT, generator ide, atau aplikasi pembelajaran berbasis AI, sesungguhnya mereka sedang menstimulasi sistem sarafnya untuk beradaptasi terhadap pola belajar baru.

Penelitian di Acta Psychologica menunjukkan bahwa ketergantungan terhadap AI dapat berdampak dua sisi: memperluas kemampuan berpikir kritis ketika digunakan dengan sadar, atau menumpulkan refleksi ketika digunakan secara pasif.

Otak yang aktif berinteraksi dengan AI akan menguatkan koneksi saraf di area prefrontal cortex, wilayah yang berperan dalam pengambilan keputusan dan kontrol kognitif.

Namun jika AI hanya digunakan sebagai “mesin jawaban instan”, otak justru kehilangan latihan yang dibutuhkan untuk membangun koneksi baru.

Mindfulness dan Vitamin Otak

Beberapa penelitian mutakhir menyoroti bagaimana mindfulness dapat menjaga keseimbangan antara penggunaan teknologi dan kesehatan mental.

Artikel di Frontiers in Psychology menegaskan bahwa kesadaran penuh dapat meningkatkan produksi Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF), semacam “vitamin otak” yang memperkuat pertumbuhan dan regenerasi neuron. 

Ketika seseorang belajar menggunakan AI dengan penuh kesadaran, bukan sekadar mengejar hasil cepat, BDNF membantu otak tetap adaptif dan tangguh menghadapi banjir informasi digital.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved