Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Lomba Memancing hingga Balap Perahu Katinting Meriahkan Festival Pesona Danau Mawang Gowa Sulsel

DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Gowa menggelar Festival Pesona Danau Mawang, Gowa, Gowa, Sulsel, Minggu (26/11/2023.

Dok HNSI
DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Gowa menggelar festival pesona Danau Mawang Kelurahan Romang Lompoa, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulsel, Minggu (26/11/2023) 

TRIBUN-GOWA.COM - DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Gowa menggelar Festival
Pesona Danau Mawang, Kelurahan Romang Lompoa, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulsel, Minggu (26/11/2023).

Kegiatan ini mengusung tema 'Danau Mawang Mutiara dari Gowa'.

Festival ini dibuka Kadis Perikanan Gowa Marzuki.

Pembukaan dihadiri Camat Bontomarannu Syafaat, Danramil 1409/03 Botomarannu Kapt Inf Syamsuddin, dan Kanit Binmas Iptu Muhammad Tahir sebagai perwakilan Kapolsek Bontomarannu.

Hadir pula Babinkamtibmas dan Babinsa Kelurahan Romang lompoa.

Ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Gowa, Muh Ayusal Salam mengatakan ini merupakan Festival
Pesona Danau Mawang pertama.

 Muh Ayusal Salam menjelaskan Danau Mawang merupakan salah satu ikon Gowa.

"Danau Mawang memiliki sejarah tersendiri sehingga kita perlu menjaga kelestariannya," kata Muh Ayusal Salam.

Berbagai lomba memeriahkan Festival Pesona Danau Mawang diantaranya lomba balap perahu katinting dan lomba memancing.

Lomba balap perahu katinting diikuti seluruh anggota HNSI se-Sulsel yakni 31 orang.

Adapun lomba memancing ikan diikuti lebih dari 200 orang.

Selain lomba, ada juga senam yang diikuti sekitar 1.000 warga Gowa.

Sejawah Danau Mawang

Sementara itu, Ketua Panitia Mancing Mapparenta Daeng Sele menerangkan sejarah Danau Mawang.

Danau Mawang mempunyai historis sekitar tahun 1565 Raja Gowa 12 Imanggorai Daeng Mammeta.

Ada seekor kerbau yang kuat dan sakti bernama i Tambalaulung.

Suatu hari i Tambalaulung bersama teman-temannya beristirahat sambil berkubang disebuah Rawa yang sekarang dinamakan Danau Mawang.

Setelah berkubang Tambalaulung memanggil teman-temanya untuk melanjutkan perjalananya, namun sebagian temannya masih ada ingin mandi dan berkubang.

"Sehingga Tambalaulang sangat marah dan menanduki temannya hingga mati, tak lama kemudian datanglah seekor kerbau sangat besar kuat dan sakti dari kerajaan Bone menemui Tambalaulung untuk mengadu kekuatan," katanya

Setelah keduanya mengadu kekuatan selama 7 hari 7 malam, maka tumbanglah kerbau dari kerajaan Bone.

Tak lama kemudian dengan luka sangat parah i Tambalaulungpun mati.

Setelah Lambalaulung mati dan Terapung di air tiba-tiba bermunculan tumbuh bunga teratai atau bahasa Makassar Tonjong.

"Maka dinamakanlah Danau Mawang dengann ciri hasnya bunga teratai atau bunga tonjong," katanya

Tahun 1640, Syekh Yusuf Tuanta Salamaka ri'Gowa diutus oleh Raja Gowa Sombaya, ke Bontoala Cikoang menuntut ilmu agama tasauf,aru palakka dikembalikan kekerajaan Bone belajar Ketatanegaraan dan Sultan Hasanuddin sendiri tetap di Gowa belajar ilmu ketatanegaraan.

Setelah Syekh Yusuf selesai menuntut ilmu tasauf kembali lagi ke Gowa.

Maka dipanggillah Lo'mo Ri'Antang oleh Da'to Ri'Panggentungan, diperintahkan untuk memanggil Syekh Yusuf untuk pergi memancing di Danau Mawang.

Dan ahirnya beliau bertiga berangkan pergi Mancing di Danau Mawang. Tak lama kemudian tibalah waktu sholat asar.

Setelah mereka sholat ashar bertepatan dengan hujan. Maka Da'to Ri'Panggentungang menyuruh Lo'mo Ri'Antang pergi mencari api untuk bakar rokok.

Namun Lo'mo Ri'Antang tdk mendapatkan api, sehingga Da'to Ri'Panggentungang, mengambil rokoknya yang telah di gulung lalu menarik naik lengan bajunya lalu membakar rokonya melalui air yang menetes dari Capingnya (Saraung bahasa Makassar).

Lo'mo Ri'Antangpun melihat Da'Ri'panggentungang telah merokok dan secara spontan Lo'mo Ri'Antang juga mengambil rokoknya yang sudah digulung lalu membakar melalui kilatan petir saat itu Syehk Yusuf menoleh kekanan Da'to Ri'panggentungng lagi asik menikmati rokonya dan menoleh kekiri Lo'mo Ri'antang juga lagi asik menikmati Rokonya.

Syekh Yusuf Tuanta Salamaka Ri'Gowa meletakkan pancingnya lalu berdiri berjalan turun ke danau air setinggi di atas lutut orang dewasa dan mengambil rokoknya yang telah digulung dan mencelupkan ke dalam air sebatas ketiaknya.

"Dengan izin Allah yang maha kuasa begitu Syekh Yusuf menarik tangannya dari dalam air rokoknya pun terbakar dan ahirnya mereka pun bertiga menikmati rokoknya di waktu hujan. Inilah sekapur sirih tentang Danau Mawang," ujarnya. (*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved