Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Wisata Topejawa Ditutup Sementara, KKP Identifikasi Ada Pelanggaran di Wilayah Teritori Laut Takalar

Terdapat kegiatan pembangunan tanggul pengaman pantai seluas 0,27 hektar (ha) tidak dilengkapi dengan dokumen Persetujuan

DOK PRIBADI
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyegel sementara tanggul di pesisir Topejawa, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), Rabu (22/11/2023) 

TRIBUN-TAKALAR.COM - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyegel sementara tanggul di Pesisir Topejawa, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), Rabu (22/11/2023)

Tepatnya masuk di kawasan wisata Topejawa, Takalar.

Penghentian sementara kegiatan pemanfaatan ruang laut di pesisir Topejawa dihentikan oleh Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Bitung.

Terdapat kegiatan pembangunan tanggul pengaman pantai seluas 0,27 hektar (ha) tidak dilengkapi dengan dokumen Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (PKKPRL).

Objek tersebut merupakan milik perusahaan wisata milik PT. Boddia Galesong Jaya (BGJ) di Takalar.

Penyegelan sementara itu setelah tim KKP menemukan indikasi pelanggaran pemanfaatan ruang laut.

Olehnya itu, tanggul tersebut dihentikan sementara.

Temuan itu, berdasarkan investigasi berbasis Intelijen Kelautan (Marine Intelligence) dilakukan oleh Polisi Khusus Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Polsus PWP3K) Pangkalan PSDKP Bitung.

"Hari ini dilakukan penghentian   sementara kegiatan yang dilakukan oleh PT Boddia Galesong Jaya karena tidak adanya PKKPRL," kata Kepala Pangkalan PSDKP Bitung, Kurniawan, kepada TribunTakalar.com.

Dia mendorong PT. BGJ untuk segera memenuhi persyaratan dasar dalam Pemanfaatan Ruang Laut (PKKPRL). 

Pengajuan PKKPRL dapat dilakukan melalui sistem terpadu satu pintu (online single submission/OSS) dengan berkoordinasi ke Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan dan BPSPL Makassar.

Kurniawan menyampaikan Pemerintah telah memetakan tingkat risiko usaha sesuai dengan bidang usaha dalam Peraturan Pemerintah 5/2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko. 

Dalam aturan tersebut, reklamasi termasuk dalam kategori kegiatan usaha dengan resiko tinggi.

Kurniawan terus mendorong jajaran Pangkalan PSDKP Bitung agar memastikan kegiatan pemanfaatan ruang laut di wilayah kerjanya sesuai dengan aturan yang berlaku supaya tidak mengancam keberlanjutan sumber daya kelautan dan perikanan.

Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan - KKP, Laksda TNI Dr Adin Nurawaluddin, M.Han, mengatakan kegiatan pemanfaatan tanggul dihentikan sementara waktu, hingga PT. BGJ memenuhi persyaratan dasar dalam pemanfaatan ruang laut (PKKPRL). 

“Benar, kami stop sementara aktivitas di atas kedua tanggul tersebut untuk menghentikan pelanggaran, di mana perusahaan tersebut telah membangun tanggul dengan cara reklamasi dan memanfaatkannya untuk aktivitas wisata namun belum memiliki PKKPRL”, jelasnya

Adin menyebut, sebelumnya KKP telah memperoleh informasi dari pemberitaan media online terkait adanya dua bangunan wisata di Pantai Topejawa Takalar yang melanggar sempadan pantai. 

Sehingga, pihaknya kemudian mengerahkan Polsus PWP3K Satwas SDKP Takalar untuk melakukan pengumpulan bahan keterangan di lapangan sejak Juli 2023.

Menurut pengakuan yang disampaikan pihak PT. BGJ, kedua bangunan tersebut dibangun atas permintaan Pemerintah Kecamatan Mangarabombang untuk mencegah abrasi pantai. 

PT. BGJ merupakan perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang bergerak di bidang wisata pantai dan perdagangan hasil perikanan.

Total luas kedua tanggul milik PT. BGJ berdasarkan penghitungan Tim Intelijen Kelautan Pangkalan PSDKP Bitung adalah 0,27 ha. 

“Sesuai dengan aturan yang berlaku, aktivitas di atas tanggul dihentikan sementara hingga PT. BGJ melengkapi persyaratan dasar dalam pemanfaatan ruang laut atau PKKPRL," ucapnya.

PT. BGJ diduga melanggar Pasal 18 Angka 12 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang jo Pasal 191 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang jo Pasal 4 huruf f Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 31 Tahun 2021 tentang Pengenaan Sanksi Administrasi di Bidang Kelautan dan Perikanan dan telah memenuhi unsur untuk dikenakan sanksi administratif berupa penghentian sementara kegiatan dalam bentuk penyegelan.

“Tindakan ini juga berdasarkan kepada UU Cipta Kerja, PP 21/2021 tentang penataan ruang, dan PP No.27/2021 tentang penyelenggaraan bidang kelautan dan perikanan, selanjutnya terkait pelaksanaan sanksi administratif yaitu Permen KP 31/2021 dan PP 85/2021,” pungkasnya.

Laporan TribunTakalar.com, Sayyid Zulfadli

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved