Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ashabul Kahfi Terharu Bertemu Mahasiswanya Berusia 83 Tahun di Pedalaman Gunung Bawakaraeng

Bertepatan momen Sumpah Pemuda, Ketua Komisi VIII Ashabul Kahfi bertemu mahasiswanya H Tammu Bausat

Editor: Ari Maryadi
Tribun Timur
Ketua Komisi VIII DPR RI Ashabul Kahfi Djamal bertemu mahasiswanya H Tammu Bausat di Cikoro, dusun tua kaki Gunung Lompobattang dan Bawakaraeng, 1.900 Mdpl, akhir pekan lalu. 

Kiai Jamal yang dimaksud Haji Tammu adalah almarhum KH Djamaluddin Amien (18 Januari 1930 hingga 16 November 2014), Ketua PW Muhammadiyah Sulsel 4 periode, Rektor Unismuh 3 periode sekaligus ketua DPW PAN Sulsel dua periode.

Haji Tammu dan Kahfi pun berpelukan, bercerita sekelumit kenangan empat dekade silam.

Kahfi berkisah, dia masih naik mobil angkutan umum dari Makassar ke Malakaji.

Dia dan beberapa dosen muda IAIN dan Unismuh bergiliran tiap pekan ke ibu kota kecamatan Tompobulu, daerah berhawa dingin berjarak 87 km timur Ujungpadang.

Di momen workshop itu, Kahfi dan Haji Tammu bertukar cerita.

Kahfi menanyakan kabar nama-nama mahasiswa ‘kelas jauhnya” di Malakaji.

“Saya mami ini yang masih diberi umur panjang. Guru yang hadir di sini murid kami,“ ujar Haji Tammu.

Namun, menurutnya sebagian besar guru madrasah, pesantren dan sekolah umum di kecamatan pegunungan Gowa, Biringbulu, Tompobulu, dan Malakaji dan Bungaya, adalah didikan guru yang jadi mahasiswa kelas jauh Unismuh-IAIN Alauddin di dekade 1980-hingga 2000-an.

Haji Tammu kini menjabat sebagai pemimpin tertinggi di Yayasan Pendidikan Islam Tompobulu (YAPIT), sebuah lembaga pendidikan nirlaba yang berdiri 60 tahun silam.
Selain Haji Tammu, sebagai generasi kedua perintis YAPIT juga ada mendiang H Muchtar Waliati, pejabat kemenag Sulsel.

“Ini sekarang anaknya, Dg Gappa (Murhadi Muchtar) jadi sekretaris di YAPIT,” ujar Haji Tammu.

Kahfi pun mengaku meminta agar dirinya bisa dipertemukan dengan para mahasiswa dan para guru di YAPIT, di kesempatan berbeda.

Bahkan, Haji Tammu berjanji akan mempertemukan Kahfi dengan kerabat dan murid-muridnya di Malakaji.

Dia mengaku, Malakaji bukanlah daerah baru baginya.

Tiga dekade lalu, dia nginap dan jadi migran kota dengan berpindah-pindah rumah saat datang mengajar.

Kondisi infrastruktur jalan yang masih berlumpur, membuatnya kerap jalan kaki, naik kuda bersama guru-guru untuk mengajar mahasiswa kelas jauh di Malakaji. (*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved