Kasus Stunting
Basmin Mattayang Luncurkan Gerakan Satu Hatiku, Minta Semua Camat di Luwu Lebih Proaktif
Kasus stunting di Luwu mengalami peningkatan yang awalnya 22,8 persen di tahun 2021 menjadi 26,7 persen di tahun 2022.
Penulis: Muh. Sauki Maulana | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM, LUWU - Kasus kekurangan gizi atau stunting menjadi perhatian pemerintah Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.
Pasalnya di tahun 2022, kasus masyarakat terkena stunting mengalami trend kenaikan.
Dari data yang dihimpun, kasus stunting di Luwu mengalami peningkatan yang awalnya 22,8 persen di tahun 2021 menjadi 26,7 persen di tahun 2022.
Bupati Luwu Basmin Mattayang pun meluncurkan beberapa program untuk mengentaskan kasus stunting di Luwu.
Bersama Sekretaris Dinas Provinsi Sulawesi Selatan H Muhammadong, Basmin meresmikan program Gerakan Satu Hatiku (Satu pintu cegah dan atasi stunting) di Lapangan Andi Djemma, Kota Belopa.
Dalam kesempatan itu, Basmin juga meneklarasikan lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
"Masalah stunting menjadi masalah serius yang harus kita pikirkan solusinya. Maka program ini kemudian lahir," jelasnya, Jumat (15/9/2023).
“Dibutuhkan pembaharuan atau inovasi yang bertujuan meningkatkan pelayanan terhadap kebutuhan dasar masyarakat terutama peningkatan derajat kesehatan, sehingga patut kita apresiasi kepala dinas kesehatan beserta jajaran dalam melahirkan Gerakan Satu Hatiku ini," tambahnya.
Basmin bahkan mendesak agar seluruh camat yang ada di 22 kecamatan bisa lebih proaktif dalam merespon masalah stunting di daerahnya.
“Camat dan kepala desa harus proaktif bantu TP-PKK kabupaten mensosialisasikan pemanfaatan pekarangan rumah menanam sayuran untuk pemenuhan gizi keluarga terutama bagi ibu hamil, ibu menyusui dan balita," tegasnya.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan dr Rosnawary Basir menerangkan, program Satu Hatiku merupakan gerakan penurunan stunting terpadu dan konvergen dengan seluruh stakeholder.
Baca juga: Pj Gubernur Sulsel Bahtiar Apresiasi Inovasi Takalar dalam Percepatan Penurunan Stunting
"Serta upaya penurunan stunting dalam bentuk aplikasi yang mencakup informasi terkait upaya stunting, data sasaran ibu hamil, bayi serta balita stunting secara keseluruhan, lengkap dengan nama dan titik koordinat alamat sasaran tersebut," terangnya.
Tak hanya itu, sambung Rosnawary, aplikasi tersebut juga mampu mengintervensi setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
“Bisa juga mengintervensi apa yang dilakukan oleh setiap OPD dan pihak lain sehingga upaya intervensi akan lebih tepat sasaran serta tidak lagi berjalan sendiri-sendiri,” pungkasnya.
Baca juga: Sofha Marwah Hadiri Rakornas TP PKK se-Indonesia, Bahas Soal Stunting hingga Narkoba
Menurut Rosnawary, pihaknya menargetkan penurunan kasus penderita stunting di Luwu sebesar 14 persen pada 2024.
"Pelaksanaan monitoring serta evaluasi kasus stunting yang ada di Luwu sebagai upaya program prioritas nasional. Target kami, Semoga di tahun 2024 nanti, mampu menurunkan angka stunting dibawah 14 persen," tutupnya.(*)
Laporan Jurnalis Tribun Timur Muh Sauki Maulana
Anggaran Stunting di Maros Sulsel Rp5 M, Tapi Kasus Malah Naik |
![]() |
---|
BKKBN: Kabupaten Barru Unggul dalam Penekanan Stunting di Sulsel |
![]() |
---|
Pangdam XIV Hasanuddin Serahkan Bantuan untuk Keluarga Stunting di Jeneponto |
![]() |
---|
Angka Stunting di Kabupaten Luwu Turun, Presentasenya Kini 9,38 Persen |
![]() |
---|
Warga 3 Kecamatan Terindikasi Stunting di Maros Bakal Dapat Telur Gratis |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.