Opini Tribun Timur
The Power of Emak-emak dari Kitakyushu
Sebagai lokasi pengeboman Tentara Sekutu untuk mengakhiri konflik perang dunia. Selain tentunya Hiroshima dan Nagasaki.
Tapi fasilitas riset lapangan untuk membangun kembali ekosistem. Hasil capaian proyek ini sungguh luar biasa mampu merehaabilitasi habitat fauna yang terancam punah. Mulai dari jenis capung, binatang pengerat, beragam burung hingga populasi Burung Elang endemik.
Agenda Conference dan Workshop
Pada sesi hari pertama hingga kedua. Kegiatan conference dihadiri pembicara ekternal dan internal secara off line dan on line. Termasuk perwakilan Indonesia diwakili oleh Universitas Diponegoro, Universitas Negeri Malang, Universitas Indonesia, Universitas Trisakti dan Universitas Bosowa. Kesemua Perguruan Tinggi tersebut menampilkan para pembicara handal dibidang lingkungan dengan berbagai issue faktual.
Sedangkan hari ketiga acara workshop diawali dengan kunjungan ke Kitakyushu Environment Museum. Pengunjung mendapat edukasi mendasar bagaimana proses transformasi dilakukan secara kolektif. Museum ini dilengkapi dengan diorama berbasis digital serta bukti otentik sejarah kelam masa lampau. Sebagai pembelajaran berharga.
Kegiatan hari minggu itu berakhir dengan panorama senja Kota Mojiko, Stasiun kereta api pertama di Jepang sekaligus pelabuhan tertua dan tersohor beberapa abad yang silam.
Pada sesi hari keempat aktifitas workshop terpusat di Eco Town, sebuah Kawasan Industri yang berbasis ramah lingkungan.
Peserta dibekali pemahaman baru tentang pengelolaan lingkungan yang terpadu. Kemudian dilanjutkan dengan berkunjung ke pabrik mobil “geprek”, maksudnya mobil yang sudah masuk kategori didaur ulang untuk diproses. Lalu berkunjung ke Pembangkit Listrik Tenaga Angin dan mampir di area Hibikinada Biotope. Model rehabilitasi lingkungan yang unik dan pantas mendapat apresiasi tertinggi.
Pada hari kelima kegiatan workshop berkunjung ke Perpustakaan Kota yang terletak di depan Kokura Castle.
Perpustakaan modern yang didesign oleh salah seorang peraih Nobel. Memberi nuansa dan kesan berbeda kepada setiap pengunjung. Tidak heran bila lokasi perpustakan juga menjadi pilihan tempat syuting film bioskop terkenal. Kemudian menuju pusat pengolahan air dan pengolahan kompos berbahan limbah sayur. Aktifitas puncak workshop berakhir di Kantor Kitakyushu ESD Council dimana penulis bersama kolega mendapat kesempatan presentasi 5 menit terkait issue SGDS di wilayah masing-masing.
Semua yang dilakukan perwakilan Universitas Bosowa adalah untuk menjalin konektivitas serta sinergitas bersama kampus luar negeri. Apalagi di kampus tersebut ada tiga dosen Unibos sedang mengikuti PhD. Adalah Nani Anggraini (Teknik Lingkungan), Marini Ambo Wellang (Sospol) dan Hasniar Ambo Radda (Psikologi).
Artinya bila semangat ini terus terjaga dan tetap konsisten maka “asa” membawa Universitas Bosowa, sebagai kampus internasional bukanlah sebuah keniscayaan! Allahu Alam bi Syawab.(*)
Ketidakadilan Pemantik Kericuhan Sosial |
![]() |
---|
Panggilan Jiwa Presiden Mengisi Perut Rakyat Terus Melaju |
![]() |
---|
Bukan Rapat Biasa, Ini Strategi Cerdas Daeng Manye Mencari 'The Next Top Leader' di Takalar |
![]() |
---|
1 Juni: Pancasila Tetap Luhur, Walau Inter Milan Amburadul |
![]() |
---|
Cinta yang Hilang: Bahasa Diam Dalam Hubungan Digital |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.