Opini
Catatan di Kaki Langit: Pesantren Bukan Numpang Tidur
Keberadaan pondok atau asrama bagi para santri, merupakan ciri khas tradisi pesantren, yang membedakan dengan sistem pendidikan lain".
Perubahan masyarakat yang berlangsung dinamis mengharuskan pesantren tidak "seperti katak" yang bangga dengan dirinya sendiri meski tetap "di bawah tempurung".
Seorang kawan yang bekerja di bidang digital marketing memberi info bahwa bila dilihat dari segi biaya masuk, ada tiga jenis pesantren. Jenis pertama ialah pesantren level A. Yaitu pesantren yang berkembang dan maju. Jenis kedua ialah pesantren level B. Yaitu pesantren yang sedang berusaha keras untuk ke level A. Jenis ketiga ialah pesantren level C. Yaitu pesantren yang nafasnya ngosngosan, payah.
Pesantren level A rata-rata biaya masuknya di level belasan juta rupiah per satu santri ditambah biaya makan per bulan memang standar untuk menu makan yang sehat dan bergizi.
Pesantren level B rata-rata biaya masuknya di level kurang atau lebih sedikit sepuluh juta rupiah per seorang santri.
Adapun pesantren level C rata-rata biaya masuknya cenderung ingin murah dan gratis. "Anda bisa amati pesantren-pesantren yang diketahui!", kata kawan itu.
Banyak orang tua ingin putra putrinya dididik di pesantren. Tapi, sedikit dari mereka yang bersedia memondokkan putra putrinya di pesantren level A.
Banyak juga yang memilih level B meskipun tahu level A tentu lebih menjanjikan pendidikan pesantren yang oke.
Barangkali masih tak terbilang banyaknya orang tua yang hanya menitip putra putrinya di level C.
Biar jika malam, mereka yakin putra putri mereka ada di pesantren dan sebagai orang tua, mereka juga aman tidur karena tidak khawatir anak mereka masih berkeliaran di jalan raya.
Memang orang tua yang berpikir level A masih sangat sedikit.
Pesantren bukan numpang tidur (level B ke C), tapi tempat putra putri kita merajut masa depannya (level A)!. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.