Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

CEO Business Forum

Syarkawi Rauf: Jangan Khawatir, Era Digitalisasi Justru Lahirkan Profesi Baru

Komisaris Utama PTPN IX Muhammad Syarkawi Rauf mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir dengan adanya AI tersebut..

Penulis: Nining Angraeni | Editor: Sukmawati Ibrahim
DOK PRIBADI
Komisaris Utama PTPN IX Muhammad Syarkawi Rauf menjadi pembicara di CEO Business Forum di Padivalley, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (8/6/2023).     

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat khususnya di dunia pekerjaan.

Timbulnya distraksi digital, di mana adanya gangguan karena perangkat media memecah konsentrasi dari pekerjaan utama yang sedang dilakukan.

Bahkan, masyarakat juga saat ini khawatir jika pekerjaan nantinya bisa saja digantikan Artificial Intelligence (AI).

Namun, Komisaris Utama PTPN IX Muhammad Syarkawi Rauf mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir dengan adanya AI tersebut.

Justru, kata Syarkawi, era digitalisasi ini melahirkan profesi baru.

Hal itu dikatakan Syarkawi dalam acara CEO Business Forum di Padivalley, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (8/6/2023).

"Digitalisasi itu kan distraction. Distraction itu artinya ada profesi yang lama yang tidak dibutuhkan lagi. Bahkan accounting, dokter mungkin ke depan orang tidak butuh lagi," katanya.

Dia menuturkan, baru-baru ini melihat video seorang dokter di TikTok menceritakan kegelisahan dokter saraf di Singapura.

Di mana pemeriksaan otak semua dilakukan secara komputerisasi.

Membaca hasil pemeriksaan pun bukan lagi dokter. Tapi, diperiksa komputer.

Hasilnya pun langsung di kirim ke apotek. Yang baca di apotek bukan lagi apoteker, tapi itu juga komputer dengan AI.

"Artinya apa, ini semua terdisrupsi. Banyak pekerjaan yang dulunya manusia, sekarang bahkan dokter yang  sekolah di Amerika, sekolah kedokteran yang paling canggih pun digantikan oleh AI," tuturnya.

"Kita tidak perlu khawatir, karena digitalisasi pun melahirkan profesi baru. Jadi ada profesi lama-lama itu hilang tetapi dengan digitalisasi ada profesi baru," ungkapnya.

Dosen FEB Unhas itu mengatakan, yang diperlukan di era saat ini adalah kompetensi.

Termasuk universitas, kalau gaya mengajarnya masih sama di tahun 90-an, universitas itu akan terdisrupsi. Karena kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja saat ini sudah berbeda.

Mantan Ketua KPPU itu  membeberkan apa saja kompetensi yang dibutuhkan di era digital saat ini.

"Pertama, skill untuk berpikir kritis. Jadi yang dibutuhkan pekerjaan digital itu orang-orang yang punya kapasitas untuk berpikir secara kritis. Pertanyaannya, kampus ngajarin ini atau tidak. Kalau tidak, kampus itu akan terdisrupsi," ujarnya.

Saat ini, untuk masuk ke dunia kerja, semua harus mengalami proses transformasi.

"Jangan khawatir, sejauh kita bisa melakukan terhadap proses yang cepat ini. The largest room in the world is the room of change. Jadi ruangan yang paling besar di dunia ini, ruang untuk melakukan perubahan," sebutnya.

Perubahan ini, kata dia, ada banyak ruang untuk berubah sangat banyak.

"Bahkan saat untung 10 triliun sekalipun, ruang untuk berubah akan banyak. Apalagi kalau lagi rugi. Ruang untuk berubah itu banyak. Cuma memang, kita kadang-kadang nyaman di zona nyaman," ucapnya.

Syarkawi menyebut, digitalisasi intinya cuma dua. Yakni bagaimana mendigitalisasi industri yang ada.

Dia bercerita, di tahun 2015, awal grab, gojek, uber muncul di Indonesia sebagai aplikasi yang melayani pemesanan transportasi, pihaknya pernah di demo oleh organda karena tidak setuju dengan proses digitalisasi industri transportasi karena mereka muncul dengan ongkos murah.

"Waktu itu sistemnya transportasi umum ada kuota, kir, kemudian ganti plat juga. Dari sisi kepemilikan, tidak boleh mili pribadi. Harus dimiliki perusahaan korporasi. Namun, saya bilang tidak mungkin kita hambat perkembangan industri yang berbasis pelayanan transportasi," tuturnya.

Waktu itu masih di KPPU, pihaknya ikut rapat kabinet terbatas di kantor Jokowi.

"Kita sampaikan, kalau kita pakai sistem kuota di transportasi online, ini akan membuat perkembangan industri transportasi online terhambat. Lihat saja, contohnya seperti angkot. Setelah dijelaskan kondisinya, Jokowi kemudian memutuskan untuk tidak ada sistem kuota," paparnya.

"Transportasi online bluebird dan bosowa saat ini kan sudah masuk ke dalam proses integrasi di dalam digital sistem. Ini salah satu proses digitalisasi yang sukses," imbuhnya.(*)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved