Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Unibos

Unibos Kukuhkan 2 Guru Besar Bidang Ilmu Administrasi Publik dan Pendidikan Fisika

Prof Batara Surya pun mendorong dosen Unibos lainnya bisa mengikuti jejak Prod Delly dan Prof AJ Patandean.

Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM/FAQIH IMTIYAAZ
Pengukuhan dua Guru Besar Universitas Bosowa (Unibos) Prof Delly dan Prof Agustinus Jarak Patandean di Kampus Unibos, Rabu (24/5/2023). Prof H Delly Mustafa guru besar bidang Ilmu Administrasi Publik, sedangkan Prof Agustinus Jarak Patandean dari bidang ilmu Pendidikan Fisika. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Universitas Bosowa (Unibos) kembali menambah dua guru besar.

Keduanya ialah Prof H Delly Mustafa bidang Ilmu Administrasi Publik.

Serta Prof Agustinus Jarak Patandean dari bidang ilmu Pendidikan Fisika.

Pengukuhan keduanya dipimpin Rektor Unibos Prof Batara Surya di Kampus Unibos, Rabu (24/5/2023).

Prof Batara Surya menyebut kualitas perguruan tinggi ditandai dengan guru besar.

"Kualitas dan eksistensi perguruan tinggi ditandai banyaknya dosen menjadi guru besar," jelasnya.

"Dengan banyaknya lektor kepala, berarti Unibos memiliki potensi mencapai guru besar," sambungnya.

Namun, meraih jabatan guru besar bukanlah hal yang mudah.

Dibutuhkan sosok akademisi murni yang mengabdi untuk pendidikan, penelitian dan pengabdian.

"Pencapaian guru besar membutuhkan motivasi, kemauan, kerja keras, dedikasi untuk menghasilkan karya ilmiah berkualitas yang hasilnya dipublikasi di jurnal internasional," katanya.

Prof Batara Surya pun mendorong dosen Unibos lainnya bisa mengikuti jejak Prod Delly dan Prof AJ Patandean.

"Semoga ini menginspirasi akademisi lainnya segera menjadi guru besar," ucapnya.

Prof Delly Mustafa 

Dalam pegukuhan, Prof H Delly Mustafa memaparkan pidato berjudul "Patologi Birokrasi Dalam Bentuk Perspektif Pelayanan"

Patologi Birokrasi muncul akibar perilaku birokrat dan kondisi yang membuka kesempatan politik, ekonomis, sosio kultural dan teknologi.

Harus diakui tidak ada yang birokrasi bebas dari patologi birokrasi

Birokrasi dengan hubungannya dengan kekuasaan akan mempunyai kecenderungan menyelewengkan wewenang melalui sistem atau stuktur. 

Baca juga: Unibos Kolaborasi Pemkab Bone Riset Kekayaan Gas Alam hingga Pertanian

Baca juga: Unibos Gelar Wisuda Periode 63, Rektor Prof Batara Surya Ajak Alumni Kolaborasi

Contoh konkrit kasus tentang bagaimana Gayus Tambunan seorang pegawai negeri gol 3.A Ditjen Pajak Kemenkeu menjadi terkenal karena perbuatan telah memperkokoh keyakinan buruknya birokrasi

Patologi ini seperti gurita merusak sel-sel produktif birokrasi yang melibatkan semua pejabat strata pusat sampai daerah.

Sekalipun dengan resep obat ini tidak akan sembuh secara keseluruhan. Solusi yang ditawarkan
Pertama, melalui reformasi birokrasi. Kita tahu awalnya ini di tahun 98, tapi reformasi birokrasi belum sesuai yang kita inginkan.

kedua good governance, ini harus menerapkan prinsip-prinsip seperti partisipasi masyarakat, menegakkan supremasi hukum, transparansi, peduli stakeholder dsb. 

Ketiga melalui inovasi birokrasi, bagaimana membuat pembaharuan di lingkup pemerintahan. 

Prof Delly Mustafa mengaku sangat bersyukur mencapai tahap guru besar.

Ia mengaku memulai karir sebagai dosen di tahun 1989

"Tahun ini, saya 33 tahun menjadi dosen. Awal meniti karir sebagai dosen DPK 1989 di Universitas Veteran Republik Indonesia (UVRI) yang sekarang Universitas Pejuang Republik Indonesia," kata Prof Delly.

Prof Agustinus Jarak Patandean

Sementara itu, Prof Agustinus Jarak Patandean membahas Studi Analisis Miskonsepsi Fisika Dasar dengan Metode (CRI) pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika.

"Miskonsepsi adalah pemahaman yang salah atau kurang tepat tentang konsep Fisika Dasar," ujar Prof Agustinus

Maka dari itu digunakan CRI sebagai metode untuk menganalisis Miskonsepsi dengan mengukur tingkat kepastian responden.

Ada beberapa faktor mempengaruhi Miskonsepsi Mahasiswa.

Baca juga: 176 Mahasiswa Faperta Unhas Kunjungi Unit Takalar PTPN XIV untuk Praktek Lapang Terpadu

Baca juga: Pascasarjana UMI Implementasikan Visi Misi Universitas di Era Digitalisasi

"Prakonsepsi atau konsep awal mahasiswa, kemudian pemikiran asosiatif, humanistik, reasoning, penyederhanaan yang salah, ketidakmampuan berpikir abstrak, kurangnya praktikum dan minat," kata Guru Besar Bidang Pendidikan Fisika

Hasil penelitian Prof Agustinus, mahasiswa S2 mengalami miskonsepsi bidang mekanika sebesar 20 persen.

Kemudian kalor dan pemindahan 17 persen, bidang optik geometri 21 persen dan listrik miskonsepsi 19 persen.

"Dari data tersebut masih tergolong rendah karena dibawah 27 persen," ujarnya.

Miskonsepsi tersebut menimbulkan tantangan dengan penguatan teori dan pembelajaran berfokus pada mahasiswa.

Penerapan teknologi pun dinilai efektif dalam menekan miskonsepsi tersebut.

"Melalui pembelajaran efektif maka perlu dilakukan penerapan teknologi dengan simulasi, virtual reality dan Augmented Reality untuk melaksanakan pembelajaran fisika dengan lebih interaktif dan efektif," jelasnya.

Dengan pidato kedua akademika ini maka Unibos telah resmi menambah dua guru besar baru.

Pengukuhan ini turut dihadiri Bupati Bone Andi Fahsar M Padjalangi, Ketua BPH Aksa Mahmud Asrul Hidayat, Ketua LLDikti IX Dr Andi Lukman hingga mantan Rektor Unibos Prof Saleh Pallu.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved