Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Tribun Timur

Menuju Swasembada Gula

Inefisiensi industri gula nasional (gula tebu) dimulai dari on farm (perkebunan tebu), off farm (pabrik gula) higga rantai distribusi yang panjang.

Editor: Sudirman
dok pribadi/syarkawi rauf
Muhammad Syarkawi Rauf Dosen FEB Unhas dan Komut PTPN IX Jawa Tengah. Syarkawi Rauf penulis opini Tribun Timur berjudul 'Nilai Tukar dan Dornbusch Overshooting'. 

Swasembada gula nasional, paling tidak swasembada gula konsumsi dapat dimulai dari hulu berkaitan dengan konsistensi kebijakan pemerintah untuk mengimplementasikan roadmap swasembada gula.

Strategi menuju swasembada gula dilakukan dengan secara bertahap mengurangi ketergantungan terhadap gula impor hingga 5 tahun ke depan.

Pada tahap selanjutnya mengatasi masalah di on farm yang berkaitan dengan penyediaan lahan tebu sesuai dengan kapasitas PG.

Sebagai contoh, keberadaan PG berkapasitas 4 ribu TCD, dengan perkiraan lama giling 120 hari, paling tidak didukung oleh lahan tebu seluas 4.800 hektar dengan produktifitas per hektar lahan paling rendah 100 ton.

Peningkatan produktifitas perkebunan tebu dari saat ini 50 – 70 ton per hektar menjadi 100 – 120 ton per hektar dapat dicapai melalui pemilihan bibit tebu yang sesuai dengan kondisi lahan, tata kelola lahan sesuai best practices mulai dari ketersediaan air, pemupukan, kebersihan tanaman hingga pengendalian hama.

Tujuannya agar homogenitas tanaman tercapai, utamanya di lilit batang dan tinggi tanaman.

Tata kelola lahan tebu sesuai kultur teknis atau best practices sangat menentukan tercapainya swasembada gula mengingat ketersediaan lahan yang terbatas di Pulau Jawa sebagai basis produksi gula nasional.

Di samping itu, mayoritas lahan tebu di Pulau Jawa adalah lahan sewa yang besaran sewanya memperhitungkan pendapatan petani dari menanam tanaman lain, khususnya padi.

Modernisasi perkebunan tebu sangat penting karena terkait dengan produktifitas lahan dan luasan lahan yang diperlukan untuk menghasilkan paling tidak 3,21 juta ton gula.

Dimana, dengan asumsi kebutuhan gula konsumsi 3,21 juta ton maka dengan produktifitas 70 ton per hektar dan rendemen 7 persen, telah memperhitungkan kualitas tebu dan besarnya losses di pabrik, maka dibutuhkan lahan sekitar 655,102 ribu hektar.

Modernisasi tata kelola lahan tebu akan mendongkrak produktifitas lahan menjadi 100 – 120 ton per hektar sehingga kebutuhan lahannya menurun menjadi hanya sekitar 382 – 458 ribu hektar.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa luas lahan tebu nasional tahun 2022 sekitar 488,900 ribu hektar.

Dengan produktifitas 80 ton per hektar dan rendemen tebu 7 persen diperoleh gula kurang lebih 2,738 juta ton.

Sehingga defisit gula konsumsi 500 ribu ton hanya membutuhkan tambahan lahan sekitar 89,285 ribu hektar.

Langkah penting lain menuju swasembada gula adalah modernisasi PG sesuai dengan perkembangan teknologi PG terbaru.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved