Opini Tribun Timur
Pemimpin yang Cakap Bukan yang Gagap
SALAH satu titik lemah kepemimpinan pada umumnya termasuk di Persyarikatan Muhammadiyah (tentu saja tidak bermaksud menggeneralisasi)
Sepertinya kita belum banyak sanggup menggabungkan antara Iman yang memberikan kepada kita pedoman-pedoman normatif, dan ilmu yang memberikan kepada kita kecakapan-kecakapan operatif.
Iman memberikan kepada kita landasan ideologi yang kuat, dan ilmu pengetahuan melengkapi kita dengan kecakapan teknis yang tinggi.
Untuk menyebut sedikit contoh konkrit dari pemimpin yang punya kecakapan normatif sekaligus kecakapan operatif adalah apa yang dilakukan oleh Muhammad Yunus, peraih Nobel asal Banglades, yang berhasil mengatasi kemiskinan dengan gerakan Grameen Bank-nya, dan cara ini sudah diduplikasi oleh 114 negara lainnya di dunia.
Idenya tergolong sederhana, namun efektif dan dampaknya sangat meluas, yaitu meminjamkan dana kepada kelompok miskin (khususnya kaum perempuan) untuk kelanjutan usaha mereka, tanpa jaminan, dengan sistem pengembalian pinjaman yang ditanggung secara berkelompok.
Awal upayanya terasa mustahil karena tidak satupun bank yang mau menggelontorkan dananya untuk proyek tersebut, ia berpikir dari pada capek-capek “mengemis” ke bank, kenapa tidak mendirikan bank sendiri, maka lahirlah Grameen Bank, yang membuat si miskin memiliki status bankable.
Tidak ada satu peradaban dimuka bumi ini yang demikian cepat daya sebarnya dan daya jangkaunya.
Selain perjalanan ajaran Islam dan peradaban Islam, hanya dalam waktu relatif singkat, kurang lebih 30 tahun, sejak Nabi Muhammad SAW Hijrah ke Madinah hingga masa Khalifah ar Rasyidin, Islam telah menjalar keluar dari epicentrum-nya, jazirah Arab.
Salah satu penentu dari prestasi gemilang itu adalah kecakapan normatif dan kecakapan operatif yang dimiliki oleh Nabi SAW dan para sahabatnya.
Terlepas dari bimbingan wahyu dari Allah SWT, yang jelas berbagai kemenangan ummat Muslim kala itu memang didominasi oleh kecakapan operatif. Ketika mendesign strategi perang misalnya, baik di Badar, Uhud, Khandaq, Betapa tampak jelas design perang beliau, ada konsep (bagaimana seharusnya) dan ada eksekusinya (apa saja yang bisa dijalankan agar menang).
Demikian pula ketika peristiwa Fathu Makkah (penaklukan Makkah), beliau memerintahkan kaum Muslimin untuk masuk Makkah melalui berbagai arah masuk kota.
Sejalan dengan itu, sebenarnya juga terjadi dengan KH.Ahmad Dahlan dalam memimpin Muhammadiyah sejak awal berdirinya, beliau tak berhenti pada pemahamannya yang mendalam tentang bagaimana mengentaskan kemiskinan (khususnya terkait surah al-Ma’un).
Lebih jauh dari itu beliau mengeksekusinya dengan menyantuni kaum miskin, anak yatim dan memerintahkan jamaah pengajiannya untuk lebih banyak berbuat.
Inilah yang menginspirasi Persyarikatan untuk mendirikan berbagai amal usaha (AUM) dalam rangka mengentaskan kemiskinan dan kebodohan ummat Muslim kala itu.
Kini Persyarikatan Muhammadiyah telah tumbuh menjadi ormas yang paling banyak amal usahanya, tentu saja dengan berbagai variasi kualitasnya, dari yang excellent sampai yang gurem bahkan ada yang hidup segan matipun tak mau.
Apakah cukup dengan apa yang sudah ada itu hanya sekedar dirawat?
Tentu dibutuhkan keberlanjutan-sustainability, agar AUM menyajikan layanan berkualitas tinggi bagi ummat.
| PMO dan Arah Baru Kebangkitan Koperasi Desa Kelurahan Merah Putih |
|
|---|
| Surat untuk Presiden Prabowo: Bapak akan Tersenyum di Hadapan Tuhan Bersama Semua Pahlawan itu |
|
|---|
| Opini Kemandirian Pangan: Menakar peran Strategis Peternakan |
|
|---|
| Ketidakadilan Pemantik Kericuhan Sosial |
|
|---|
| Panggilan Jiwa Presiden Mengisi Perut Rakyat Terus Melaju |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.