Opini
Kaleidoskop Pendidikan 2023, Mendesak Kebijakan Berbasis Adab
Awal tahun 2023, Indonesia digemparkan dengan berita bahwa terdapat ratusan siswi Sekolah Menengah Pertama dan SMA dari Kabupaten Ponorogo hamil.

Yang kedua. Pembangunan sumber daya manusia dari segi eksternal adalah upaya untuk memberikan ilmu pengetahuan, wawasan, keterampilan, pengalaman, nilai-nilai yang berbasis adab.
Pembangunan SDM dari sisi eksternal ini menempatkan manusia sebagai objek yang tunduk sepenuhnya kepada pengaruh yang datang dari luar manusia.
Jika diibaratkan seperti kertas putih yang dapat ditulis sekehendak orang yang mau menulisnya, atau laksana gelas kosong yang bisa diisi dengan air apa saja, atau seperti meja yang berlapis lilin yang dapat dibentuk sesuai selera.
Pembangunan manusia yang demikian itu selanjutnya memberikan kebebasan kepada pemegang kebijakan atau kelompok-kelompok sosial yang berpengaruh dari aspek ilmu dan adab di tengah masyarakat.
Pada zaman Yunani kuno pembangunan SDM atau pendidikan dikendalikan oleh para filsuf, dan zaman pertengahan konsep dan pengembangan pendidikan dikendalikan oleh para pemimpin agama, di zaman perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan pembangunan SDM banyak dikendalikan oleh para ilmuwan, dan di zaman modern pembangunan SDM dan pendidikan dikendalikan oleh para politisi, dan di era globalisasi saat ini, pembangunan dan pendidikan dikendalikan oleh ekonomi kapitalis dan liberalis.
Dalam situasi demikian, pembangunan SDM sepenuhnya tunduk pada hukum pasar atau market oriented.
Karenanya, dalam pembukaan program pembangunan SDM melalui program studi dari Sekolah Dasar hingga Perguruan tinggi wajib mempertimbangkan kepentingan dan hukum pasar.
Demikian pula dalam bidang manajemen pengelolaan pendidikan juga tunduk pada hukum pasar yang akan menjadi sumber pembiayaan.
Sebab saat ini situasi menuntut bahwa pendidikan tidak hanya dinilai sebagai proses menanamkan adab yang bersendi ilmu dan iman pada peserta didik tapi orientasinya telah berubah menjadi sebuah investasi yang harus mendatangkan keuntungan.
Karena itu, filsafat pendidikan yang lebih memfokuskan individu secara perlahan-lahan berubah bentuk ke arah lebih memfokuskan pemenuhan kebutuhan dan kecenderungan masyarakat sejak negara-negara Islam di bawah pengaruh Barat.
Pendidikan sekarang ini menjadi alat mobilisasi sosial-ekonomi, individu dan negara.
Domimasi sikap seperti ini dalam dunia pendidikan telah melahirkan patologi psikososial terutama dalam kalangan peserta dan orang tua yang terkenal dengan sebutan 'diploma disease'. Sebuah paradigma dalam meraih sebuah gelar dan hirarki pendidikan (S1-S3) bukan karena kepentingan pendidikan itu sendiri melainkan karena nilai ekonomi dan status sosial.
Karena itu, para ahli pendidikan modern seperti Al-Attas dan Hasan Langgulung mengkritik keras segala bentuk pendidikan yang pragmatis dan hanya berorientasi pada pasar, karena dianggap tidak menguntungkan bahkan merugikan peserta didik dan masyarakat, (Ilham Kadir, Pendidikan Sebagai Ta'dib Menurut Al-Attas, 2021).
Pendidikan yang ideal adalah segala bentuk program, proses dan tujuannya untuk membangun sumber daya manusia yang memadukan kepentingan internal dan eksternal yakni di samping untuk memberdayakan manusia, juga tetap memperhatikan kepentingan pasar, dan intinya adalah membangun manusia yang beriman, bertaqwa berakhlak mulia berkarakter dan berkepribadian mulia dan mampu beradaptasi dalam segala bentuk keadaan yang tidak menentu (turbulensi).
Dengan demikian ruang lingkup pembangunan SDM melalui pendidikan tidak hanya menekankan segi kognitif keterampilan dan kemampuan menguasai teknologi melainkan juga menekankan kecerdasan spiritual emosional sosial estetika dan beradab. Sehingga pendidikan akan dapat melahirkan manusia seutuhnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.