Gaya Hidup Masyarakat Post-Mo

Tentu tidak terjadi monopoli kelas atas gaya hidup ini, melintasi semua strata kelas.

Gaya hidup juga bukan hanya monopoli kaum perempuan, yang suka berdandan dan selalu ingin tampil modis, tetapi juga menjadi kebutuhan laki-laki, terkhusus kaum laki-laki yang metroseksual, sering kali tidak kalah konsumtif dibandingkan kaum perempuan.

Fenomena inilah yang kerap membuat masyarakat post-mo lebih muda stress dan mengalami kecemasan hidup yang berlebihan.

Prancis Fukuyama dalam bukunya The Great Disruption: Human Nature and the Reconstrution of Social Order telah menasehati kita untuk senantiasa bekepala dingin, obyektif dan sistematis dalam melihat dan mengarungi seluruh perubahan sosial yang terjadi agar dapat terhindar dari kecemasan yang berlebihan.

Berbicara tentang konsepsi gaya hidup, Islam sebagai sebuah sistem sosial, memiliki panduan standar berupa wahyu dan as-sunnah untuk menjadi pegangan dan prinsip sosial yang tak terbatasi ruang dan waktu.

Menjadi basis nilai untuk mengkonstruksi basis keyakinan dan ketahuidan ummat, membimbing setiap muslim untuk memiliki orientasi dan cita-cita hidup yang baik dan benar, menuntun setiap muslim untuk memiliki mental yang kuat untuk berselancar mengarungi arus perubahan zaman, basis nilai yang menjadi bekal setiap muslim untuk tandang ke gelanggang kehidupan, sebagai sumber pemberi informasi bagi setiap muslim yang syamil mutakamil.

Olehnya itu setiap muslim senantiasa dituntut untuk menglola hati dan pikiran serta memberi kesempatan kepada iman agar menuntunya untuk menyerap nilai-nilai ilahiyah yang termaktub dalam wahyu dan as-sunnah tersebut sehingga menjadi muslim yang banyak bermanfaat bagi sesamanya manusia, menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Wallahualam.(*)

Baca berita terbaru dan menarik lainnya di Tribun-Timur.com via Google News atau Google Berita