Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ibu Syafruddin Kambo Meninggal

Bakti Komjen Syafruddin, Tiap Hari Telepon Ibu dari Warung Telepon ke Pos Polisi Majene

Kamis (1/12/2022), Syafruddin Kambo ditinggal oleh ibu kandungnya, Hj Luluiyah binti H Kasim yang berpulang ke Rahmatulllah dalam usia ke-92 tahun.

Editor: Ari Maryadi
TRIBUN-TIMUR.COM/Muslimin Emba
Jenazah ibunda Komjen Pol (Purn) Syafruddin Kambo, Haja Luluiyah Binti H Kasim tiba di rumah duka, Jl Batu Putih, Makassar, Kamis (1/12/2022) siang. 

Setamat SMA, tahun 1980, sang ibu ingin putranya kuliah di Universitas Hasanuddin.

“Karena merasa bisa dan yakin lulus saya ikut PMDK (penulusuran minat dan kemampuan) di fakultas kedokteran. Tapi saya tak lulus.”

Padahal, tambah Syafruddin, kala itu, ibunya saban usai salat lima waktu hingga salat hajat, untuk mendoakannya lulus di Unhas.

“Doa ibu saya kencang sekali. Tapi mungkin karena takdir, memang saya tak lulus di Unhas, namun 40 tahun kemudian, doa ibu saya dikabulkan Allah. Saya jadi ketua wali amanat Unhas, yang justru tugasnya akhir tahun ini melantik Rektor Unhas.”

Kekuatan doa dan restu dua ibunya, kembali terbukti saat Syafruddin ingin melanjutkan kuliah di sekolah kedinasan di ibukota.

Sejak tahun 1981, dia berinisiatif melamar di Akademi Teknologi Perikanan, Sekolah Tinggi Penerbang di Curug, Banten, dan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) yang semua registrasinya di Jakarta.

Saat proses pendaftaran itu, ibu susuanya tak hanya mengirim doa.

“Puang Nene’ hanya di Majene"

Ibu susuannya sampai menemaninya mendaftar Akabri dan sekolah penerbang.

“Alhamdulilah, karena doa dua ibu, saya lulus ketiga-tiganya.”

Karena nilai rapor SMA sama dengan tinggi badannya, +175 cm, Ibu dan bapak angkatnya ingin sekali Syafruddin jadi penerbang.

“Tapi entah kenapa saya pilih AKABRI dan lulus di Akpol”

Syafruddin masuk Akabri 1982 dan tamat 1985. Tahun ini, Akademi Kepolisian (Akpol) di Semarang resmi terbentuk, dan berpisah dengan AKABRI tiga matra TNI (AD, AL dan AU).

Husain Abdullah (52), juru bicara Wapres Jusuf Kalla, menyebut, soal bakti kepada Ibu, Syafruddin adalah sosok langka.

Banyak berinteraksi saat periode pertama Pak JK jadi Wapres, dan saat jadi menteri, Uceng, —sapaan akrab Husain-, menyebut, Syafruddin laik jadi teladan.

“Kami selalu iri kalau lihat Pak Syaf, menelpon ibunya di sela-sela tugas negara.”

Uceng menyebut, Hj Lu’luwiyah sebagai ibu typikal “Marradia’ (bangsawan) Mandar.

“Ibu Pak Syaf itu, hanya bicara jika perlu saja. Bicaranya pelan dan teratur. Lebih banyak berbuat dari bicara.”

Lu’luwiyag memang masih kerabat dekat dengan Kiai Muhammad Thahir Imam Lapeo (1883-17 Juni 1952) di Campalagian, Polewali.

Sementara kakek buyut Syafruddin, dari garis ayahnya, masih keturunan Karaeng Sigeri, Raja Bone.

Kalaulah, tambah Uceng, Syafruddin telaten memelihara ibunya, itu karena dia tahu protap menjaga orang.

“Kontrol, detail, dan terus mengawasi kan bagian utama dari pekerjaan polisi dan ilmunya ajudan.”

Uceng menyebut, Syafruddin kini juga mulai mewasiatkan tradisi berbakti ke ibu kepada empat anak dan cucunya.

Syafruddin dan istrinya, Hj Mulyani Sarwono Sugondo, memiliki empat anak.

Rafil Perdana (38), Kharisma Bibitani (36), Adil Triansyah (29), dan bungsu Nur Alamsyah (17).

“Saya pernah lihat, bagaimana Pak Syaf ajari Alam menyuapi Puang Nene’.”

Hal senada dingkap Sekretaris DPW Keluarga Besar Putra Putri Polri (KBP3) Sulsel, Dr Zakir Sabara HW.

“Rasanya tidak banyak orang seperti beliau,” kata Zakir, menggambarkan bagaimana mentornya itu, nyaris paripurna memberi teladan bagaimana mengabdi kepada kedua orangtua terutama ibu.

Memasuki tahun kedua tak lagi mendapat jabatan pemerintahan, Syafruddin lebuh banyak aktif di organisasi berafiliasi ke pengembangan keumatan dan keIslaman berwawasan ke-Indonesia.

Dia jadi Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI).

Ia mendampingi Jusuf Kalla, senior yang tahun 2005-2008 dia dampingi sebagai ajudan.

Syafruddin kini menjadi tokoh Islam Indonesia.

Di saat yang sama, dia juga ikut merintis pendirian Yayasan Museum Nabi Muhammad di Indonesia, ikut keliling negara-negara Islam di dunia untuk mengkampanyekan berdirinya Universitas Islam Internasional Indonesia yang diresmikan, awal September 2021 lalu.

“Selama pandemi ini, kita jadi jadi (ketua) takmir di Masjid Sunda Kelapa, (Jakarta).”

Di setiap momen keumatan inilah, Syafruddin, banyak berinteraksi dengan tokoh umat, dan ulama.

(Tribun-Timur.com/Thamzil Thahir)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved