Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Qudratullah

Media Sosial: Menciptakan dan Menggenggam Panggung Sandiwara

Di media sosial, semua penggunanya bisa berubah wujud layaknya bunglon. Hari ini penuh dengan postingan bijak, lalu esoknya menebar caci makian.

DOK PRIBADI
Qudratullah Dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Bone. 

Tidak jarang terkadang di-cap sombong dan angkuh. alam teori dramaturgi, ada dua realitas yang terbangun, panggung depan dan panggung belakang.

Ibarat sebuah drama, panggung depan menampilkan karakter sesuai dengan peran yang diberikan. Di media sosial berperilaku kaya raya, di dunia nyata kondisinya memprihatinkan.

Inilah yang dikatan dramaturgi, dua realitas yang terbangun, panggung depan dan panggung belakang. Ibarat sebuah drama, panggung depan menampilkan karakter sesuai dengan peran yang diberikan.

Dramaturgi menggambarkan bagaimana seseorang berperilaku berbeda di media sosial dan di kehidupan yang nyata. Dengan kata lain, perbedaan antara kepalsuan topeng kehidupan media sosial dan kenyataan yang bersumbunyi di baliknya.

Ada sesuatu yang kurang tepat dan tidak relevan dengan realitas sesungguhnya. Lalu apa yang membuat sebagian orang melakukan hal tersebut? Jawabannya adalah karena kepentingan dan ekspektasi yang tinggi yang memaksanya tidak menjadi diri sendiri.

Hal ini juga menyangkut penerimaan orang-orang di lingkungan pergaulan yang memaksanya untuk memiliki standar sendiri dalam menampilkan wujud di media sosial.

Dramaturgi merupakan teori yang diungkapkan oleh Erving Goffman pada tahun 1959 lewat bukunya yang berjudul The Presentation of Self in Everyday Life. Menurut teori ini, individu dalam kehidupannya memiliki apa yang disebut dengan panggung depan (front stage) dan panggung belakang (backstage).

Ketika manusia berinteraksi, ia akan memilih peran mana yang akan dijalankan.

Panggung depan adalah apa yang ditampilkan saat ia berinteraksi dengan individu lainnya atau dalam kelompok di masyarakat atau identitas sosial.

Sementara panggung belakang, merupakan tempat di mana individu menyembunyikan identitas personalnya (Nasrullah, 2016).

Dramaturgi yang menggunakan bahasa dan khayalan teater untuk menggambarkan fakta subjektif dan objektif dari interaksi sosial, kehidupan di media sosial seseorang (front stage), dan kehidupan nyatanya atau pribadinya (backstage).

Seseorang berusaha memberikan performance terbaik pada publik dengan appearance dan manner yang sesuai setting. Seseorang dengan kepentingannya akan melakukan apa saja termasuk dramaturgi dalam mencapai tujuannya.

Tidak jarang ini dilakukan oleh para politisi dalam melancarkan aksinya untuk memikat perhatian masyarakat banyak.

Inilah mengapa kemunculan media sosial menjadi solusi ‘murah’ bagi politisi dalam berkampanye dan mendapatkan hati masyarakat.

Lihat saja para politisi dan pemangku kuasa saat ini, berbondong-bondong memberikan performa terbaik yang ‘katanya’ untuk rakyat yang di posting melalui media sosialnya. Tapi pada waktu yang tidak bersamaan, mereka terjerat kasus korupsi dan sebagainya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved