Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Tribun Timur

Kontroversi Suara Adzan

Menteri Agama Yaqut Kholil kembali mengeluarkan pernyataan kontroversial tentang suara adzan.

Editor: Sudirman
Dok Pribadi
Dr Hairuddin K, S.S, SKM, M.Kes Wakil Rektor IV Universitas Megarezky (Unimerz) Makassar 

Gus Yaqut mewakili otoritas negara berhadapan dengan warga masyarakat.

Keluaran Surat Edaran (SE) Nomor 05 Tahun 2022 menunjukkan intervensi sosial negara yang disambut sinis oleh sebagian masyarakat.

Gelombang penolakan Surat Edaran (SE) Nomor 05 Tahun 2022 apalagi pernyataan yang dianggap melecehkan suara adzan tidak lain menunjukkan bagaimana agen atau aktor sosial memiliki independensi dan kebebasan berhadapan dengan dominasi struktur yang diwakili negara.

Tentu saja, upaya otoritas politik memuluskan satu kebijakan tentu saja sebagai bagian dari proses internalisasi untuk mengubah perilaku masyarakat.

Dengan alasan toleransi, surat edaran tersebut diberlakukan.

Apa yang menjadi tindakan otoritas menunjukkan penggunaan kekuasaan untuk menciptakan tatanan kerukunan umat.

Namun reaksi keras dari masyarakat menunjukkan bahwa relasi struktur dengan aktor sosial bersifat dinamis.

Masyarakat bukanlah sekelompok individu yang hanya mengikuti apa kata struktur sosialnya.

Relasi dinamis ini menciptakan arena kontestasi yang memperhadap-hadapkan kekuatan otoritas negara dengan sekelompok masyarakat.

Arena adalah ruang publik yang didalamnya terdapat ikatan-ikatan sosial yang saling berdialektika untuk merebut kuasa atau merongrong kuasa otoritas.

Bentuk relasi antar kelompok tersebut sangat bergantung pada komunikasi dan tujuan tindakannya.

Isi dan cara berkomunikasi bisa saja menimbulkan pertentangan terbuka dalam ruang publik. Apa yang terjadi pada Gus Yakut mengkonfirmasi paparan teoritik ruang publik.

Masalah komunikasi biasanya berasal dari perbedaan gaya berbicara, gaya penulisan, dan gaya komunikasi non verbal. Perbedaan gaya ini sering mendistorsi proses komunikasi.

Komunikasi rusak menyebabkan salah satu persepsi dan kesalahpahaman yang dapat menyebabkan terjadinya konflik.

Hambatan tambahan untuk komunikasi dapat muncul dari perbedaan lintas gender dan lintas budaya peserta.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved