Tribun Makassar
Warga Sudiang Tipu Puluhan Pencari Kerja, Begini Modusnya
Perekrutan itu dilakukan, kata Imam, saat perusahaan yang disebutnya tidak membuka lowongan kerja.
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Imam Wahyudi
Yusran pun beranjak dari rumahnya di Kota Palopo membawa tas berisi pakian dan keperluan lainnya.
Saat tiba di Kota Makassar, ia diinapkan di sebuah wisma lalu bergeser ke hotel.
'Terakhir mi ini di sini (rumah mewah). Pertamanya itu di wisma, baru ke hotel, jadi tiga kali pindah-pindah kita ini," ujarnya dengan nada kesal.
Dalam proses karantina itu, kata Yusran, IS sang penyedia jasa penyalur tenaga kerja, mengatakan hanya sepekan menjalani karantina.
Namun, yang dialami Yusran dan puluhan lainnya justru hingga memasuki tiga pekan.
"Tiga kali mi ini dia (IS) tunda-tunda keberangkatan. Terakhir hari ini hari H-nya mi ini kita diberangkatkan tapi tidak adami kabarnya, saya sudah 21 hari di Makassar," ungkap Yusran.
Hal senada diungkapkan Arifin (40) calon pekerja asal Kabupaten Pinrang.
Ia memboyong sepuluh anggota keluarga dan kerabatnya ke Makassar untuk ikut menjalani karantina yang dipersyaratkan IS.
"Kalau saya lebih 10 orang dari Pinrang, disuruh dibayar Rp 1,5 juta dengan dijanjikan sebagai pekerja bagian operator alat berat hingga tukang las dengan gaji sekitar Rp 8 juta terus ditambah lembur 15 ribu per jam," ujarnya dengan nada berang.
Di rumah mewah itu, kata dia ada lebih kurang sekitar 55 orang yang ditampung.
Mereka ada yang berasal dari, Gowa, Bulukumba, Pinrang, Barru, Palopo dan beberapa daerah lainnya.
Dari 55 orang itu, 30-an diantaranya dijanjikan menjadi tenaga kerja operator alat berat dengan pembayaran akomodasi berkisar Rp 1,5 juta hingga Rp 2,1 juta.
Sementara, 20-an lainnya diimingi menjadi Helper dengan biaya akomodasi Rp 200 ribu.
Tidak hanya di rumah mewah itu, beberapa lainnya, lanjut Arifin ada yang ditampung di tempat berbeda.
"Kemarin ada yang dikasih menginap di apartemen kalau tidak salah lima orang. Ada juga 18 orang di tempat lain," ujarnya.
Tidak hanya merugi jutaan rupiah, Arifin juga khawatir kartu identitasnya disalah gunakan IS.
Pasalnya kartu identitas Arifin dan pukuhan calon pekerja lainnya dibawa IS yang tidak kunjung memberi kabar.
"Ituji saya KTP-ku juga kupikir, jangan sampai ada apa-apa nantinya," tuturnya.
Kasus dugaan penipuan itu, kini ditangani Reskrim Polrestabes Makassar.