Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

TRIBUN TIMUR WIKI

Rekam Jejak Bung Tomo, Pahlawan Nasional Pengobar Semangat Pertempuran Surabaya 10 November 1945

Pemuda kelahiran Surabaya, 3 Oktober 1920, ini pernah menjadi jurnalis dan aktif dalam kelompok politik dan sosial.

Penulis: Nur Fajriani R | Editor: Waode Nurmin
Sumber foto: Tribun Kaltim
Inilah Sosok Bung Tomo 

Dinamika kehidupan Bung Tomo terus bergulir setelah peristiwa Pertempuran Surabaya itu.

Ia semakin dikenal karena kiprahnya.

Kemudian, pada 1946 ia diangkat menjadi Kepala Perlengkapan di Kementerian Pertahanan.

Ada cerita menarik yang dituturkan Sulistiani, istri Bung Tomo, dalam buku Bung Tomo Suamiku.

Bung Tomo pernah mendapat telegram dari atasannya, Menteri Pertahanan Amir Sjarifuddin.

Isinya, ia diminta memilih: tetap menjadi jenderal, tetapi tidak boleh lagi berpidato atau berhenti menjadi jenderal dan tetap berpidato.

Bung Tomo pun memilih yang kedua.

Kisahnya di pemerintahan tidak berhenti.

Pada 1950 Bung Tomo diangkat sebagai Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata.

Ia juga menjabat anggota DPR pada 1956–1959 mewakili Partai Rakyat Indonesia.

Berada dalam lingkaran kekuasaan tak membuatnya kehilangan daya kritis.

Ia pernah mengkritik kepemimpinan Sukarno, juga Soeharto pada era orde baru.

Kritiknya kepada Soeharto itu membuatnya ditahan selama setahun pada 1978.

Setelah dilepaskan, ia lebih berfokus pada keluarga demi mengupayakan pendidikan terbaik bagi kelima anaknya.

Bung Tomo wafat pada 7 Oktober 1981 ketika sedang menunaikan ibadah haji di Padang Arafah.

Jenazahnya dibawa ke Tanah Air dan dimakamkan di tempat pemakaman umum Ngagel di Surabaya.

Gelar Pahlawan Nasional disematkan kepadanya bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan pada 2008.

Bagi kamu yang penasaran dengan isi lengkap pidato Bung Tomo menjelang pertempuran 10 November 1945 di Kota Surabaya, berikut dilansir dari Tribun Wiki dalam artikel 'VIDEO - Peringati Hari Pahlawan 10 November, Berikut Isi Pidato Bung Tomo 'Merdeka atau Mati!'

"Bismillahirrahmanirrahim

Merdeka!!!

Saoedara-saoedara ra’jat djelata di seloeroeh Indonesia,
teroetama, saoedara-saoedara pendoedoek kota Soerabaja
Kita semoeanja telah mengetahoei bahwa hari ini tentara Inggris telah menjebarkan pamflet-pamflet jang memberikan soeatoe antjaman kepada kita semoea.

Kita diwadjibkan oentoek dalam waktoe jang mereka tentoekan, menjerahkan sendjata-sendjata jang kita reboet dari tentara djepang.

Mereka telah minta supaja kita datang pada mereka itoe dengan mengangkat tangan.

Mereka telah minta supaja kita semoea datang kepada mereka itoe dengan membawa bendera poetih tanda menjerah kepada mereka.

Saoedara-saoedara,
Didalam pertempoeran-pertempoeran jang lampaoe, kita sekalian telah menundjukkan bahw ra’jat Indonesia di Soerabaja
Pemoeda-pemoeda jang berasal dari Maloekoe,
Pemoeda-pemoeda jang berasal dari Soelawesi,
Pemoeda-pemoeda jang berasal dari Poelaoe Bali,
Pemoeda-pemoeda jang berasal dari Kalimantan,
Pemoeda-pemoeda dari seloeroeh Soematera,
Pemoeda Atjeh, pemoeda Tapanoeli & seloeroeh pemoeda Indonesia jang ada di Soerabaja ini,

Didalam pasoekan-pasoekan mereka masing-masing dengan pasoekan-pasoekan ra’jat jang dibentuk di kampoeng-kampoeng,
Telah menoenjoekkan satoe pertahanan jang tidak bisa didjebol,
Telah menoenjoekkan satoe kekoeatan sehingga mereka itoe terdjepit di mana-mana

Hanja karena taktik jang litjik daripada mereka itoe, saoedara-saoedara
Dengan mendatangkan presiden & pemimpin-pemimpin lainnja ke Soerabaja ini, maka kita toendoek oentoek menghentikan pertempoeran.
Tetapi pada masa itoe mereka telah memperkoeat diri, dan setelah koeat sekarang inilah keadaannja.

Saoedara-saoedara, kita semuanja, kita bangsa Indonesia jang ada di Soerabaja ini akan menerima tantangan tentara Inggris ini.
Dan kalaoe pimpinan tentara Inggris jang ada di Soerabaja ingin mendengarkan djawaban ra’jat Indonesia,
ingin mendengarkan djawaban seloeroeh pemoeda Indonesia jang ada di Soerabaja ini
Dengarkanlah ini hai tentara Inggris,
ini djawaban ra’jat Soerabaja
ini djawaban pemoeda Indonesia kepada kaoe sekalian

Hai tentara Inggris!,
kaoe menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera poetih takloek kepadamoe,
menjuruh kita mengangkat tangan datang kepadamoe,
kaoe menjoeroeh kita membawa sendjata-sendjata jang kita rampas dari djepang oentoek diserahkan kepadamoe

Toentoetan itoe walaoepoen kita tahoe bahwa kaoe sekalian akan mengantjam kita oentoek menggempoer kita dengan seloeroeh kekoeatan jang ada,
Tetapi inilah djawaban kita:
Selama banteng-banteng Indonesia masih mempoenjai darah merah jang dapat membikin setjarik kain poetih mendjadi merah & putih,
maka selama itoe tidak akan kita maoe menjerah kepada siapapoen djuga!

Saoedara-saoedara ra’jat Soerabaja,
siaplah keadaan genting
tetapi saja peringatkan sekali lagi, djangan moelai menembak,
baroe kalaoe kita ditembak, maka kita akan ganti menjerang mereka itu.

Kita toendjoekkan bahwa kita adalah benar-benar orang jang ingin merdeka.
Dan oentoek kita, saoedara-saoedara, lebih baik kita hantjur leboer daripada tidak merdeka.
Sembojan kita tetap: MERDEKA atau MATI.

Dan kita jakin, saoedara-saoedara,
pada akhirnja pastilah kemenangan akan djatuh ke tangan kita
sebab Allah selaloe berada di pihak jang benar
pertjajalah saoedara-saoedara,
Toehan akan melindungi kita sekalian

Allahu Akbar..! Allahu Akbar..! Allahu Akbar…!
MERDEKA!!!"

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Profil Bung Tomo, Pahlawan Nasional Pengobar Semangat pada Pertempuran Surabaya 10 November 1945


 
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved