TRIBUN TIMUR WIKI
Rekam Jejak Bung Tomo, Pahlawan Nasional Pengobar Semangat Pertempuran Surabaya 10 November 1945
Pemuda kelahiran Surabaya, 3 Oktober 1920, ini pernah menjadi jurnalis dan aktif dalam kelompok politik dan sosial.
Penulis: Nur Fajriani R | Editor: Waode Nurmin
TRIBUNTIMURWIKI.COM - Setiap tanggal 10 November, Indonesia memperingati Hari Pahlawan Nasional.
Penetapan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan Nasional didasari Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur.
Tahun ini, meskipun terdapat pandemi virus corona, peringatan Hari Pahlawan Nasional tetap dilaksanakan.
Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945 tidak lepas dari sosok Bung Tomo.
Bung Tomo adalah pahlawan yang berjuang bersama rakyat Surabaya untuk bertempur melawan tentara Inggris.
Baca juga: Inilah Calon Menantu Habib Rizieq Shihab yang Akan Dinikahkan dengan Najwa Shihab Putri Keempatnya
Jargon “merdeka atau mati” tidak lagi asing terdengar di telinga masyarakat Indonesia.
Kata-kata itu berasal dari Bung Tomo, yang dicetuskannya ketika ia menggelorakan semangat para pejuang pada Pertempuran Surabaya, 10 November 1945.
Momen yang hingga saat ini diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Dikutip dari Kompas.id, Sutomo atau yang lebih dikenal dengan Bung Tomo adalah seorang nasionalis yang ingin mati-matian membela Tanah Airnya.
Ia tak hanya tokoh dalam perang melawan penjajah.
Pemuda kelahiran Surabaya, 3 Oktober 1920, ini pernah menjadi jurnalis dan aktif dalam kelompok politik dan sosial.
Sutomo tumbuh di keluarga yang menghargai pendidikan.
Di rumahnya, Sutomo kecil sudah kerap menyatakan pendapat dan bicara terus terang.
Sayangnya, pada usia 12 tahun, ia tak bisa melanjutkan pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), pendidikan setara sekolah menengah pertama.
Hal tersebut lantaran dampak depresi yang melanda dunia saat itu.
