Opini
Mendikbud Nadiem Makarim dan Disrupsi Dunia Pendidikan
SEJAK didaulat menahkodai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sosok Nadiem Anwar Makarim (35) menyedot perhatian banyak orang.
Sebab teknologi dan big data memungkinkan kita untuk melakukannya.
Jika dahulu harus mengantre, sabar, dan rela menunggu, sekarang kita bisa mendapatkannya pada saat itu juga (on demand).
Kita hidup dalam dunia apps yang pada saat bersamaan dikerjakan oleh puluhan bahkan ribuan jejaring yang saling terhubung (Rhenald Kasali, 2017).
Dalam bidang kesehatan, smart hospital berhasil mendisrupsi layanan cuci darah yang selama ini tidak bisa dijangkau oleh kalangan bawah.
Selain berbiaya mahal, untuk pergi ke rumah sakit di kota-kota besar juga memerlukan ongkos.
Padahal, banyak pasien yang berasal dari daerah pinggiran.
Kehadiran smart hospital melalui aplikasi e-medical center memudahkan pasien untuk menjangkau klinik cuci darah yang jumlahnya mencapai seribu dan tersebar di pinggiran kota besar.
Bukan hanya itu, melainkan juga dengan tarif 50-70 persen lebih murah dibandingkan tarif yang dibanderol rumah sakit pada umumnya.
Disrupsi Dunia Pendidikan
Dunia kerja atau profesional akan berubah seiring dengan perkembangan teknologi.
Perubahan zaman yang kian pesat akan memaksa individu untuk jeli melihat peluang dan beradaptasi. Karenanya, di masa depan sektor teknologi perangkat lunak akan semakin berkembang, seperti aplikasi web, desain, riset, analisis data, dan ekosistem digital lainnya.
Bertumbuhnya berbagai perusahaan teknologi di Indonesia membuka peluang emas untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju lain melalui sektor teknologi.
Karena itu, disrupsi dunia pendidikan salah satunya diharapkan dapat mendorong terciptanya suatu generasi produser teknologi, bukan sekadar konsumer teknologi.
Generasi yang terampil dalam memproduksi software dan berbagai hal yang menciptakan efisiensi di sektor manufaktur.
Semua itu dimulai dari penumbuhan paradigma baru di dunia pendidikan yang lebih kolaboratif, baik pada pendidikan menengah ke bawah maupun pendidikan tinggi yang berfokus pada peningkatan kreativitas, computational logics, dan berkarya.