Benarkah Indonesia Diuntungkan secara Gen Hadapi Virus Corona? Simak Penjelasan Ahli Mikrobiologi
Virus Corona telah menyebar di Indonesia. Hal ini pun telah diumumkan secara resmi oleh pemerintah.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Anita Kusuma Wardana
Virus corona yang masuk ke tubuh orang Indonesia, kata Sumardi, relatif tidak berdampak parah. Serangan itu akan mengakibatkan flu, tetapi relatif lebih mudah diatasi.
Virus, lanjut Sumardi, selalu mencari tempat yang cocok bagi dirinya untuk hidup, yang dikenal sebagai inang. Jika menemukan inang yang tepat, virus akan berkembang biak dan merusak.
“Tapi saluran nafasnya orang Indonesia, secara genetik reseptor tempat nemplok-nya virus itu tidak cocok.
Jadi virus itu hanya berkembang di saluran nafas, terdeteksi positif, kemudian mekanisme sistem saluran nafas, ada barang baru lalu bereaksi.
Keluar lendir, batuk, pilek begitu saja. Tetapi dia tidak bisa hidup. Dalam waktu beberapa hari, nanti hilang sendiri,” ujar Sumardi.
Sumardi menyandarkan pernyataannya pada data SARS tahun 2003.
Ketika itu, China menjadi negara dengan korban terbanyak.
Singapura adalah tetangga Indonesia dengan korban cukup besar, bahkan memberlakukan penutupan kawasan.
Di Indonesia tidak tercatat satupun korban meninggal, meskipun ada begitu banyak warga Batam dan sekitarnya yang lalu lalang ke Singapura setiap hari untuk bekerja.
Kaitan virus dengan faktor genetik ini juga disinggung oleh I Nyoman Kandun, Direktur Field Epidemiologi Traning Program Indonesia.
Mantan pejabat Kementerian Kesehatan ini turut menangani kasus SARS dan flu burung di Indonesia.
Nyoman mengatakan, serangan virus flu burung tercatat memiliki semacam pola yang terkait dengan garis keturunan seseorang.
Dia memberi contoh kasus di Medan, di mana seorang suami menjadi korban, sedangkan istrinya, yang setiap hari bersama, tidak tertular sama sekali.
“Klasternya, kalau tidak Sitohang, ya dekat-dekat dengan Sembiring, itu kena.
Tetapi, misalnya Pasaribu, itu istrinya walupun dia berkumpul setiap hari, dia tidak kena.
Makanya dikatakan ada hubungan genetik terhadap suseptibilitas, terhadap H5N1.
Apakah ini nanti corona ini nanti akan begitu, nanti epidemiolog yang akan melakukan penelitian,” ujar Nyoman di Yogyakarta dalam sebuah diskusi akhir pekan lalu