Sulsel Masih Butuh Pemimpin
Opini Hasrullah: Kontemplasi Bedah Buku Madjid Sallatu, Hadirnya Marwah Prof Ahmad Amirudddin
Kegelisahan Pemikiran Pak Madjid Sallatu sangat mendasar karena beliau adalah anak didik dan pernah diberi amanah Wakil Bappeda pada saat itu
Secara narasi, AM Sallatu mengungkap: Pemimpin itu, banyak pula mengundang tawa kecut karena mempertontonkan perseteruan antara pimpnan puncak dengan pemimin perangkatnya”.
Kekuatan premis-premis penulis, sangat jelas dapat dibaca yang secara high context communication dimana pengertian tertuju jangan hanya yang dibaca Bahasa yang nampak di permukaan tapi jauh lebih mengetahui teks yang tidak nampak yang bergerak dalam opini latent.
Pematik buku AM Sallatu menjadi virus intelektual dalam memahami realitas sosial ketika memetakan pemimpin, penguasa, dan otak cerdas. Apa yang disampaikan penanggap buku Pak Sukri Tamma PhD bahwa tulisan essai Kak Masjid Sallatu sekaliber catatan pinggir Goenawan Muhammad di Majalah Tempo yang bercirikan peristiwa yang diangkat peristiwa actual, kaya dengan interpretasi dan historiografi.
Dan kelebihan yang dimiliki Kak Madjid adalah kekuatan diksi judul yang menyengat, menghadirkan peristiwa kepemimpinan yang telah menjadi idola (baca A Amiruddin), lebih khusus lagi penulisnya sangat konsisten dan mempunyai kekuatan menggunakan premis kata yang biasa disebut kekuatan inferensi. Semoga pemikiran Kak Madjid sebagai pemantik malahirkan pemimpin “beraroma” Amiruddin.(*)