Sulsel Masih Butuh Pemimpin
Opini Hasrullah: Kontemplasi Bedah Buku Madjid Sallatu, Hadirnya Marwah Prof Ahmad Amirudddin
Kegelisahan Pemikiran Pak Madjid Sallatu sangat mendasar karena beliau adalah anak didik dan pernah diberi amanah Wakil Bappeda pada saat itu
Oleh
Hasrullah
Staf Pengajar Fisip Unhas
TRIBUN-TIMU.COM, MAKASSAR - Ada pemikiran Brilian yang dikemukakan Prof Ahmad Amiruddin soal kepemimpinan, “Berilah kepercayaan kepada setiap orang, sampai orang itu sendiri membuktian dirinyatidak bisa dipercaya”(Madjid, hal. 338, 2019).
Diskusi dan bedah buku “Sulawesi Selatan Dalam Lintasan Perspektif” yang dilaksanakan Baruga Angin Mammiri Rumah Jabatan Walikota Makassar (Sabtu/1/2/2020).
Diskusi makin berkualitas penuh dengan narasi kritis dan cerdas karena dihadiri para tokoh dan aktivis sehingga dapat disimpulkan bahwa buku yang ditawarkan AM Sallatu menimbulkan diaspora, mulia dari:leadership, konsep kewilayahan, peta kekisruaan praktik KKN, otak cerdas, hingga hak angket.
Yang menarik dari diskusi buku, ketika munculnya penaggap diantaranya Prof Basri Hasanuddin, Prof Husni Tanra, Taslim Arifin, Tadjuddin Parenta, dan penanggap para aktivis yang meruah bahwa Sulawesi Selatan membutuhkan pemimpin sekaliber Prof Ahmad Amiruddin.
Ciri Strong Leadrship (meminjan pemikiran AM Sallatu, hal. 66) Pak Amir (Prof Ahmad Amiruddin) sangat paham dan menguasai, apa yang akan dicapainya.
Kegelisahan Pemikiran Pak Madjid Sallatu sangat mendasar karena beliau adalah anak didik dan pernah diberi amanah Wakil Bappeda pada saat itu, dan pemimpin adalah Prof Ahmad Amiruddin. Maka konsepsi dan karakteristik pemimpin sangat paham baik kapasitas dan konsep pembangunan yang ditawarkan.
Kuatnya persoalan leadership ini, Kak Taslim Taslim secara lantang mengungkap mengamini pemikiran Prof Basri Hasanuddin dan Pak Madjid bahwa Sulsel sejatinya “dinakhodai” pemimpin. Marwah seorang pemimpin itu mempunyai ; (1) Komunikasi yang baik dengan rakyatnya, dan (2) Mengetehui keinginan rakyatnya. Apa yang dilakonkan Pak Amir sebagai akademi yang diberi amanah sebagai gubernur Sulsel, mampu melahir konsep yang besar yaitu Tri Konsep : (1) Perubahan pola pikir, (2) Perwilayahan komoditas, (3) Petik olah jual.
Dari strong leadership Pak Amir, masyarakat kita adalah merubah min set untuk membangun, dan berpikirnya ke depan diawali dengan kreatufitas dan inovasi. Jangan sampai terjadi pemerntahan di Sulsel dikelola dengan mental “pemborong dan kontraktor”. Pendekanan pembangunan seperti bukan pemimpin daerah karena ada kekuasaan ada uang maka pekerjaan pembengunan infrastruktur cukup dikelola oleh kepala dinas, pemborong, dan kontraktor.
Essai Pak Madjid bagian Perwilayahan secara kritis menawarkan kepada kita bahwa konsistensi dan perubahan pola piker bahwa Sulsel itu berbasis pertanian dan benar-benar dioptimalkan pemenfaat sumber daya alam. Inilah para pemimpin kita, ada konsep perwilayahan yang sangat strategis berdasarkan potensi alam, pemikiran Pak Amir tidak melanjutkan program unggulan yang sudah terpetakan dengan baik. Sementara itu, penguasa yang ada di depan mata kita “merasa dirinya the next leader Amiruddin”.
Begitu pula, konsepsi petik-oleh-jual. Masyarakat berpikir kreatif dan inovatif mengelola sumber dayanya dimana pemimpin memberi stimuli yang dharapkan melahirkan nilai tambah. Nilai tambah baik bersifat ekonomis maupun menaikkan reputasi daerah terhadap produk pertanian.
Pemikiran tajam Pak madjid kembali mengankat suatu fenomena dan “realitas terjadi dlapangan”bahwa petan Kekisruan di Sulal mengerucut pada praktik KKN (Lihat. Hal,327-3310. Aroma tidak sedap muncul di DPRD Sulsel dengan terbentuknya Panitia Angket.
Dari pembahasan tulisan ini secara metode content Analysis menyoal: (1) Dualisme kepemimpinan, (2)Mismanajemen, (3) Praktik KKN, (4) Rendahnya resapan anggaran, dan (5) Penegakkan hukum.
Kemampuan dan kekuatan inferensi (Inferensi:tindakan atau proses yang berasal kesimpulan logis yang dianggap benar) penulis buku telah memetakan 5 kategori pelanggaran yang tidak terbantah dalam fakta persidangan. Premis-premis yang dieksplor karena ketajaman pikiran metodologi yang valid dan tidak terbantahkan.
Bagaimana bahasan dalam buku bertemakan: Otak Cerdas? Secara gamblang Kak Madjid, lagi-lagi bahas tentang kepemimpinan. Bagaimana permainan Pingpong dijadikan game hubungan atasan-bawahan ibarat bola pingping yang dipermainkan.