Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Mengapa Nadiem Makarim?

Menempatkan Nadiem, yang masih tergolong muda, belum punya pengalaman politik, serta tidak berlatar belakang akademisi sebagai Mendikbud

Editor: syakin
zoom-inlihat foto Mengapa Nadiem Makarim?
DOK
Anhar Dana Puta, Dosen Muda STIA LAN Makassar

Segala fleksibilitas yang berlaku dalam dunia start-up akan sulit diterima dalam institusi pemerintah, karena memang dibatasi oleh aturan yang berlaku.

Perbedaan budaya kerja yang sangat tajam itu akan menjadi tantangan Nadiem yang pertama, kalau bukan yang utama, pada 100 hari pertama ia menjabat. Sangat menarik untuk disimak, seberapa jauh ia akan membawa budaya kerja Gojek ke dalam institusi Kemendikbud. Atau bukan tidak mungkin, justru Nadiem yang akhirnya dipaksa berkompromi.

Tantangan lain yang kemungkinan akan muncul adalah resistensi dari para rektor dan akademisi senior perguruan tinggi. Pada periode jabatan Presiden yang kedua ini, urusan Pendidikan Tinggi kembali masuk kedalam ruang lingkup urusan Kemendikbud.

Perubahan nomenklatur tersebut mutlak akan menempatkan Nadiem di atas para rektor dan akademisi senior secara struktur dan garis koordinasi. Di mana pada situasi-situasi tertentu ia diharuskan untuk memberikan instruksi kepada para rektor ataupun akademisi senior.

Masalahnya, Nadiem masih menyandang gelar magister, sementara hampir semua rektor dan akademisi senior sudah bergelar profesor, paling tidak doktor. Bukan tidak mungkin akan timbul resistensi dari para rektor dan akademisi senior, utamanya resistensi yang berakar dari ego intelektual yang memang cukup kental dalam kultur interaksi para akademisi di Indonesia.

Dalam pidato perdananya, Nadiem mengungkapkan ingin mengisi 100 hari pertamanya dengan mendengarkan para pakar pendidikan.

Pilihan tersebut adalah langkah yang tepat dan mungkin saja dapat meredam resistensi dari kalangan akademisi, sebab dalam proses tersebut akan terjadi pertukaran pendapat dan cara pandang yang dapat menjembatani jarak akademik diantara keduanya.

Selain itu, Nadiem memperoleh gelar magisternya dari salah satu kampus elite terbaik di dunia, yakni Harvard University. Hal tersebut mungkin dapat menjadi legitimasi sementara, selain kinerjanya nanti, bahwa ia memang layak berada di posisi tersebut.

Pertaruhan Jokowi

Menempatkan Nadiem, yang masih tergolong muda, belum punya pengalaman politik, serta tidak berlatar belakang akademisi sebagai Mendikbud tentu merupakan pertaruhan tersendiri bagi Jokowi.

Pertaruhan, sebagaimana lazimnya, hanya berujung dua, menang atau bangkrut. Namun begitu, pertaruhan ini masih menyisakan optimisme sebab Nadiem, sebagai profesional muda yang cukup sukses di dunia bisnis digital memiliki visi, jaringan, political will serta gaya penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan yang lebih segar dan tentu berbeda dari menteri-menteri sebelumnya.

Selalu butuh cara baru untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda, sebab orang bijak mengatakan “tidaklah mungkin mengharapkan hasil yang berbeda dari cara yang sama dilakukan berulang-ulang”. Sangat layak menanti bagaimana ujung dari pertaruhan ini.

Namun apapun hasilnya, semoga rakyat Indonesia, khususnya generasi muda yang menjadi pemenang. (*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved