Terkuak Setelah Misteri 12 Tahun! Teroris dr Azahari Tewas Ditembak Densus Bukan Bunuh Diri
Namun, bom yang diledakkan oleh seorang pelaku lainnya yang ada di dalam rumah melihat Azahari tewas tertembak.
Penulis: Desy Arsyad | Editor: Mansur AM
Dalam buku tersebut, tercatat pula peran dari masing-masing anggota teroris yang dikenal seperti Ali Imron, Noordin M Top, Mukhlas, Imam Samudera dan anggota lainnya.
"Saya menulis semua lengkap sebanyak 16 bab, termasuk peran, nama panggilan, cara mereka berkomunikasi dan bagaimana pintarnya Dr Azahari," ujar dia.
Arif menjelaskan saat kejadian berlangsung yakni pada akhir 2005, dirinya menjabat sebagai Kabag Ops Kor Brimob Mabes Polri.
Dia juga sempat menanyakan berbagai hal kepada anggota teroris yang tertangkap.
"Seluruh isi buku, ini hasil wawancara saya dengan berbagai pihak yang terlibat langsung saat penangkapan dan semua pihak yang mengenal Azahari," tandasnya.
Bukan hanya itu, Arif menjelaskan, setelah penulisan buku rampung, Arif mengumpulkan banyak pihak termasuk orang-orang yang terlibat saat penembakan Dr Azahari.
Tujuannya, mereka melakukan rekonstruksi ulang di rumah tempat kejadian perkara yang terletak di Kota Batu.
"Saya ingin memastikan kembali apa yang saya tulis dalam buku benar adanya dan sesuai dengan kejadian saat itu," kata Arif.
Cerita Meninggalnya Azahari
Mengutip wikipedia, Doktor Azahari bin Husin (lahir di Melaka, 14 September 1957 – meninggal di Batu, 9 November 2005 pada umur 48 tahun) adalah seorang insinyur Malaysia yang diduga kuat merupakan otak di belakang Bom Bali 2002 dan Bom Bali 2005 serta serangan-serangan lainnya yang dilakukan Jemaah Islamiyah.
Bersama dengan Noordin Mohammed Top, mereka adalah salah satu dari buronan yang paling dicari di Indonesia dan Malaysia saat itu.
Pada Juli 2004, Noordin dan Azahari lolos dari penyergapan yang dilakukan kepolisian di sebuah rumah sewaan di sebelah barat Jakarta.
Di mana para ahli forensik kemudian menemukan sisa-sisa bahan peledak yang digunakan dalam Bom Kedubes Australia 2004.
Para tetangga mendeskripsikan Azahari dan Noordin sebagai orang yang tertutup dan sebelum pengeboman melihat mereka memasukkan kotak-kotak yang berat ke dalam van yang sejenis dengan yang digunakan dalam pengeboman.
Sebelumnya pada tahun 2003, mereka juga berhasil lolos dari penyergapan lainnya di Bandung.