Headline Tribun Timur
Pemkab Minta Pemprov Batasi Izin Tambang Galian C
Pemkab Barru minta Pemprov Sulsel batasi izin tambang galian C. Aktivitas tambang disebut picu banjir dan ganggu arus Trans Sulawesi.
HL selasa 28 Oktober 2025
Pemkab Minta Pemprov Batasi Izin Tambang Galian C
*Disebut Penyebab Banjir Barru yang Menggenangi Jalan Trans Sulawesi
BARRU, TRIBUN- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Barru minta Pemprov Sulsel tinjau ulang dan batasi izin tambang galian C di wilayahnya.
Aktivitas tambang lokal yang kian masif penyebab banjir Barru, menggenangi Jalan Trans Sulawesi (Makassar-Parepare).
Arus lalu lintas sempat terganggu akibat banjir melanda dua kecamatan, Mallusetasi dan Barru sejak Minggu (26/10/2025) malam.
Kepala Pelaksana BPBD Barru, Umar Sinampe, mengonfirmasi alih fungsi gunung akibat tambang menurunkan daya serap air ke dalam tanah.
Ia menambahkan, air hujan tidak lagi tertahan di perbukitan, tetapi mengalir deras ke permukiman warga.
Dikhawatirkan semakin memperparah resiko bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor.
Penataan ulang izin tambang penting agar keseimbangan ekosistem terjaga tanpa mengorbankan keselamatan warga.
“Tentu ini mengngganggu penyerapan air ke tanah, bahkan cenderung menjadi aliran permukaan,” katanya, Senin (27/10/2025).
Banjir juga terjadi akibat sedimentasi sungai dan hilangnya tutupan lahan di sekitar area tambang.
Pemerintah daerah bersama instansi terkait kini tengah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap dampak tambang galian C, sambil menyiapkan langkah penertiban bagi tambang melanggar aturan lingkungan.
Menanggapi itu, Kepala BPBD Sulsel Amson Padolo mengaku tambang galian C bisa saja menjadi penyebab banjir.
“Kajian-kajian teman-teman BPBD Barru memang kemungkinan itu bisa saja terjadi,” kata Amson Padolo.
Banjir Barru
Banjir melanda Kecamatan Mallusetasi dan Kecamatan Barru sejak Minggu malam (26/10/2025) sekitar pukul 21.00 Wita.
Air setinggi sekitar 50 centimeter atau setinggi betis orang dewasa menggenangi permukiman warga serta Jalan Trans Sulawesi hingga memutus arus lalu lintas.
Antrean kendaraan mengular panjang di Kecamatan Mallusetasi.
Beberapa pengendara sepeda motor nekat menerobos banjir bahkan alami mati mesin dan terpaksa mendorong kendaraannya.
Warga setempat, Rafli, mengatakan kendaraan baru bisa bergerak perlahan sekitar pukul 02.00 Wita, Senin (27/10/2025).
Beberapa rumah warga sempat terendam, meski mayoritas aman karena berbentuk rumah panggung.
Kepala Pelaksana BPBD Barru, Umar Sinampe, menjelaskan alih fungsi gunung akibat aktivitas tambang menurunkan daya serap air ke dalam tanah. Akibatnya, air hujan mengalir ke pemukiman warga dan badan jalan.
Umar menambahkan, kondisi ini diperparah oleh tingginya intensitas hujan melanda Barru beberapa hari terakhir.
Kontur wilayah Mallusetasi memang rawan banjir karena jarak antara pemukiman padat penduduk, gunung, perbukitan, dan garis pantai sangat dekat.
“Intensitas hujan kemarin sangat lebat, ditambah pasangnya air laut. Melihat kondisi Mallusetasi, pemukiman, gunung, dan laut berseberangan, memungkinkan terjadinya banjir,” katanya.
Ia meminta warga mewaspadai kemungkinan banjir susulan, mengingat curah hujan tinggi diprediksi masih akan melanda Barru dalam beberapa hari ke depan.
Bencana Tambang
Kepala BPBD Sulsel Amson Padolo mengaku tambang galian C berpotensi menjadi penyebab banjir.
“Jadi itukan kajian teman-teman BPBD Barru, saya rasa itu melalui studi lapangan resiko bencana. Memang kemungkinan itu bisa saja terjadi,” kata Amson Padolo, Senin (27/10/2025).
Dalam proyek pertambangan, galian C tidak termasuk komoditas strategis maupun vital.
Galian C merujuk pada galian batuan seperti pasir urug, tanah urug, andesit, tanah liat, kerikil, dan sejenisnya.
Berbeda dengan galian A, merupakan komoditas strategis, seperti minyak bumi, gas alam, batubara, timah, dan nikel.
Sedangkan galian B masuk kategori komoditas vital, misalnya emas, tembaga, perak, dan intan.
Ia menambahkan, kajian akademis juga dibutuhkan untuk mengetahui pengaruh galian C terhadap banjir.
“Kajian itukan pasti juga akan ada akademisnya. Kemungkinan-kemungkinan itu pasti sesuai dengan kajian. Kami akan lakukan juga kajian tentang itu,” ujarnya.
Tambang galian C biasanya terdapat di daerah dengan cadangan bahan tambang nonlogam alami.
Umumnya berada di dekat sungai, perbukitan, lembah, atau kawasan karst.
Di bantaran sungai, kegiatan penambangan biasanya berupa pasir, kerikil, dan batu kali.
Sementara di perbukitan, tambang dilakukan untuk mengambil batu andesit, batu pecah, dan batu padas.
Sedangkan di kawasan karst, sumber batu kapur, marmer, hingga tanah liat dimanfaatkan untuk industri semen dan keramik.
Di dataran, galian C umumnya dilakukan untuk mengambil tanah urug atau tanah liat.
Hujan Berlanjut
Berdasarkan prakiraan BMKG, wilayah Barru diperkirakan akan terus diguyur hujan ringan hingga awal November.
Pusat Kabupaten Barru diprediksi berawan pada 27 Oktober, diikuti hujan ringan hingga 31 Oktober dengan suhu 22–27°C dan kelembaban 74–95 persen.
Kecamatan lain seperti Tanete Rilau, Soppeng Riaja, Pujan Ting, dan Balusu menghadapi pola cuaca serupa.
Tanete Rilau dan Mallusetasi bahkan berpotensi mengalami hujan sedang pada 28 Oktober, dengan suhu maksimal 29°C.
Cuaca diprediksi mulai cerah berawan pada Sabtu, 1 November, di hampir seluruh kecamatan.
Kemacetan arus lalu lintas terjadi di Jalan Trans Sulawesi, Poros Makassar-Parepare, Kecamatan Mallusetasi, Kabupaten Barru, Sulsel, Minggu (26/10/2025) malam.
Pemicunya banjir di Kelurahan Mallawa. Genangan akibat hujan deras membuat kendaraan sulit melintas dari arah Makassar menuju Parepare maupun sebaliknya.
BPBD Barru mengimbau seluruh pengguna jalan untuk berhati-hati.
Warga yang tidak memiliki keperluan mendesak disarankan menunda perjalanan hingga kondisi cuaca dan jalan kembali normal.
“Tetap waspada terhadap potensi banjir dan genangan air di beberapa titik, serta ikuti informasi resmi dari pihak berwenang,” bunyi imbauan BPBD Barru, disertai video menunjukkan genangan air setinggi lutut orang dewasa.
Polres Barru bersama BPBD sigap menanggulangi banjir.
Kapolres Barru, AKBP Ananda Fauzi Harahap, langsung turun ke lokasi untuk mencari solusi agar genangan cepat surut.
Banjir terjadi akibat hujan deras dan tidak adanya jalur pembuangan air ke laut.
Polisi akhirnya menjebol trotoar dan separator agar air langsung mengalir ke laut.
“Ada jalur air yang tersumbat sehingga kami membongkar trotoar dan separator agar air langsung mengalir ke laut,” kata Ananda Fauzi melalui video di akun Instagram resminya, Senin (27/10/2025) dini hari.
Kapolres Barru membantah kabar adanya longsor memutus jalur Trans Sulawesi.
“Tidak benar ada longsor. Hanya genangan akibat hujan deras dan jalur air terhambat,” tegasnya.
Polisi juga melakukan rekayasa lalu lintas untuk mengurai kemacetan.
Jalur yang semula satu arah dibuat dua arah, dan ambulans didahulukan melintas.
Aksi Kapolres Barru mendapat apresiasi dari Bupati Barru, Andi Ina Kartika Sari.
Melalui Instagram, Bupati Ina menulis, “MasyaAllah, trimakasih de’ Kapolres.”(*)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.