Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Dinkes Sulsel Targetkan Angka Stunting Turun Akhir Tahun, Kejar Target Nasional

Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 angka stunting di Sulsel turun dari 27,4 persen menjadi 23,3 persen

Penulis: Renaldi Cahyadi | Editor: Ari Maryadi
Renaldi/Tribun Timur
STUNTING - Kadis Kesehatan Sulsel, Ishaq Iskandar. Dinkes target penurunan stunting di akhir tahun. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan (Dinkes Sulsel) menargetkan penurunan angka prevalensi stunting secara signifikan hingga akhir tahun ini. 

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2024, angka prevalensi stunting di wilayah ini masih bervariasi antar kabupaten dan kota.

Kabupaten Jeneponto menempati posisi tertinggi dengan prevalensi 37 persen, disusul Enrekang sebesar 34,3 persen, dan Sinjai di posisi ketiga dengan 28,6 persen.

Kota-kota besar seperti Makassar dan Palopo mencatat angka relatif rendah, masing-masing 22,9 persen dan 22,7 persen.

Sementara itu, kabupaten dengan angka stunting terendah adalah Gowa, yang mencatat hanya 17 persen, disusul Sidenreng Rappang 20,3 persen dan Wajo 20,5 persen.

Secara keseluruhan, angka rata-rata prevalensi stunting di Sulawesi Selatan tahun 2024 mencapai 23,3 persen.

Upaya tersebut dilakukan melalui kolaborasi lintas sektor dan berbagai program intervensi gizi yang menyasar balita dan ibu hamil.

Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 angka stunting di Sulsel turun dari 27,4 persen menjadi 23,3 persen. 

Adapun di mana target prevalensi stunting Sulsel dari baseline 2023 sebesar 27,4 persen dengan target sebelumnya 2025 sebesar 23,9 persen. 

Untuk 2045 target mereka sebesar 6,1 persen.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak usia di bawah lima tahun (balita) yang ditandai dengan tinggi badan anak lebih pendek dari standar usianya.

Kondisi ini disebabkan kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, terutama pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Bukan hanya masalah tinggi badan, stunting juga dapat menyebabkan gangguan perkembangan otak, keterlambatan perkembangan kognitif dan motorik, serta meningkatkan risiko penyakit. 

Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Ishaq Iskandar, mengatakan program Stop Stunting difokuskan untuk menekan angka prevalensi dari 23,3 persen menjadi di bawah target nasional, yakni 9,8 persen.

“Kalau bisa lebih baik lagi, minimal kita capai 14 persen sesuai target nasional untuk prevalensi stunting,” katanya saat dihubungi, Selasa (28/10/2025).

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved