Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Apa Makna Kepahlawanan Pada Generasi Kini?

Termasuk Gusdur dan Marsinah sebagai jasanya dalam pemikiran Islam dan perjuangan hak buruh.

Editor: Sudirman
Ist
OPINI - Andi Yahyatullah Muzakkir Founder Anak Makassar Voice. Andi Yahyatullah Muzakkir salah satu penulis rutin Opini Tribun Timur. 

Anak Sekolah dan Sejarah Baru yang kembali ditulis ulang

Sejak penetapan nama-nama pahlawan, sejak itu pula bangsa ini menulis kembali sejarahnya.

Menimbun yang benar, akhirnya rezim hari ini memanipulasi publik mengaburkan fakta dan kebenaran sejarah dan itu sangat menyesatkan.

Hari ini dan hari depan kita sudah bisa membayangkan anak-anak sekolah mulai dari tingkat sekolah dasar, menengah hingga atas mendapat buku bacaan teks sejarah yang di dalamnya tercatat nama Soeharto sebagai Pahlawan.

Kita sudah tahu isinya, tidak mungkin kekerasan HAM itu tercatat dalam buku-buku teks pelajaran anak sekolah. Maka, disinilah awal mula negara memanipulasi rakyatnya sendiri.

Memang benar bahwa sejarah hanya milik pemenang dan akan ditulis ulang oleh sang pemenang.

Tentu anak-anak sekolah hanya akan belajar hal-hal yang cenderung positif dan tidak mencantumkan bahasa dan kalimat yang negatif sebab hal tersebut akan mendowngrade kepahlawan Soeharto.

Tanpa mengetahui bahwa Soeharto memiliki catatan hitam mencipta luka sejarah yang akan terus abadi dalam ingatan.
Kasus pelanggaran HAM berat, otoriterianisme, korupsi dan nepotisme.

Tercatat kasus pelanggaran HAM Soeharto dari pembunuhan, represivitas dan sangat terkenal melenyapkan dan memperjarakan para oposisi era orde baru tanpa pengadilan. Sungguh, sangat kejam.


Era Orde Baru Adalah Era Kegelapan Indonesia 

Dari peristiwa tragis seperti pelanggaran HAM berat, kekerasan kemanusiaan, korupsi, kolusi dan nepotisme adalah era kegelapan Indonesia sepanjang republik ini berdiri. 

Para lintas generasi yang mengamati jalannya pemerintahan termasuk kepemimpinan Soeharto mengklaim situasi orde baru adalah era kemunduran demokrasi.

Dimana kebebasan berekspresi dibungkam, para oposisi lenyap lalu dibunuh, lainnya dipenjara tanpa mendapat keadilan.

Demokrasi kala itu berada pada jurang kegelapan selama 32 tahun lamanya. Karya-karya dan pemikiran yang lahir hanya sedikit sebab hegemoni dan dominasi tunggal orde baru mempersempit ruang tersebut.

Pemikir-pemikir besar seperti Pramoedya Ananta Toer, Wiji Tukul dan seterusnya pernah menjadi korban kekejaman Soeharto dengan karya-karya dan kritikannya ia dipenjara. 

Sumber: Tribun Timur
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved