Opini
Sistem Pendidikan Krisis Iman, Lahirkan Generasi Rapuh
Sistem pendidikan sekuler adalah sistem pendidikan yang memisahkan agama dari kehidupan.
Penulis: Abdul Azis | Editor: Ansar
Sistem Pendidikan Krisis Iman, Lahirkan Generasi Rapuh
Penulis: Mawar Putri
(ASN di Pengadilan Tinggi Agama Makassar)
BULAN Oktober lalu dipenuhi dengan rentetan panjang berita tentang kasus bunuh diri.
Hal yang membuat hati resah adalah berita bunuh diri ini datang dari kalangan pelajar atau usia anak remaja yang bisa dikatakan masih memiliki masa depan yang panjang.
Diberitakan ada dua kasus bunuh diri di Jawa Barat dan Sumatera Barat yang menimpa pelajar di tingkat dasar dan tingkat menengah pertama.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono, mengungkapkan data mengkhawatirkan dari program pemeriksaan kesehatan jiwa gratis yang menunjukkan lebih dari dua juta anak Indonesia mengalami berbagai bentuk gangguan mental.
Data ini diperoleh dari sekitar 20 juta jiwa yang sudah diperiksa.
Adapun menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat bahwa sampai Oktober 2025, terdapat 25 kasus bunuh diri sepanjang tahun 2025.
Meskipun jumlah kasus bunuh diri tahun ini sedikit turun dibandingkan tahun sebelumnya, namun ini tidak menjadi alasan untuk kita tidak mengurai tragedi kasus bunuh diri yang membayangi generasi muda Indonesia
Gagalnya Sistem Pendidikan Sekuler
Bunuh diri adalah puncak dari gangguan kesehatan mental.
Gangguan mental adalah buah berbagai persoalan yang terjadi, mulai dari kesulitan ekonomi, konflik orang tua termasuk perceraian, hingga tuntutan gaya hidup, dan sebagainya.
Kasus bunuh diri yang terus bertambah ini bukanlah merupakan tragedi pribadi atau keluarga saja melainkan ini adalah tanda gagalnya sistem pendidikan sekuler yang diterapkan hari ini.
Sistem pendidikan sekuler adalah sistem pendidikan yang memisahkan agama dari kehidupan.
Pendidikan berorientasi pasar hanya mampu mencetak generasi rapuh.
Kerapuhan kepribadian anak mencerminkan lemahnya dasar akidah anak.
Hal ini adalah implikasi dari pendidikan sekuler yang hanya sekedar mengejar prestasi fisik, tidak memiliki kepedulian kemanusian dan mengabaikan pengajaran agama.
Agama hanya diajarkan secara teori tapi tidak meninggalkan pengaruh yang membekas dalam diri anak.
Agama sebagai dasar negara yang tercermin dalam sila pertama pancasila yaitu Ketuhanan yang Maha esa tidak terjawantahkan dalam sistem pendidikan hari ini.
Paham kebebasan yang melekat dalam sistem pendidikan sekuler menyebabkan munculnya nir-empati, kedangkalan berpikir dan sangat mudah diperbudak oleh barang termasuk teknologi.
Salah satu kekeliruan terbesar sistem pendidikan kita hari ini juga adalah pemahaman setiap keluarga yang menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab pendidikan anak kepada sekolah.
Padahal keluarga adalah peletakan batu pertama pendidikan agama.
Pendidikan keluarga yang tidak dibangun di atas pondasi agama tetapi justru dibangun di atas pondasi kapitalisme, membuat anak hanya menjadikan materi sebagai satu-satunya orientasi hidup.
Standar benar salah dalam kehidupan tidak lagi disandarkan pada agama melainkan pada sesuatu yang mendatangkan materi akibatnya saat yang diinginkan tidak tercapai, mereka akan sangat mudah melakukan hal yang instant seperti mengakhiri hidupnya.
Peran Keluarga, Masyarakat dan Negara
Fenomena bunuh diri yang saat ini menimpa kalangan remaja adalah bukti terjadinya kegagalan yang sistemik dalam membangun generasi yang kuat mental dan berwawasan luas.
Negara harus mengakui ini sebagai permasalahan nasional agar solusi yang diberikan bukanlah solusi tambal sulam melainkan solusi perbaikan sistem.
Generasi gemilang bisa lahir jika sistem pendidikan hari ini mengoptimalkan tiga pilar yaitu keluarga, masyarakat dan negara.
Pertama, Keluarga harus mengambil peran dalam menguatkan pondasi agama anak.
Penguatan pondasi agama akan membentuk karakter iman dan ketaatan dalam diri anak sehingga dalam setiap mengambil keputusan dalam hidup, mereka akan mempertimbangkan baik buruknya.
Kedua, kontrol masyarakat sangat diperlukan dalam membangun generasi yang kuat iman dan luas wawasannya.
Dalam masyarakat harus tercipta kebiasaan saling menasehati dan mencegah individu berbuat kerusakan.
Adapun terkait kasus bunuh diri yang membayangi generasi muda hari ini menyadarkan kita bahwa hari ini begitu sulit menemukan ruang nyaman dan aman di dalam masyarakat bagi setiap persoalan individunya
Ketiga, negara harus menjalankan peran ri’ayah asy-syu’un al-ummah (pengurusan urusan rakyat).
Jika peran ini dijalankan maka negara tidak hanya hadir sebagai regulator tetapi juga memosikan diri sebagai pengurus segala urusan rakyatnya.
Negara wajib melindungi generasi muda dari segala hal yang bisa merusak mental dan pemikiran seperti memblokir konten porno dan kekerasan, melarang produksi film atau tayangan pornografi dan konten negatif lainnya.
Untuk kurikulum pendidikan, seharusnya negara mampu menyusun kurikulum yang setidaknya memiliki dua tujuan pokok yaitu membangun kepribadian yang kuat imannya dan membangun generasi yang tidak hanya berwawasan luas, melainkan juga menguasai ilmu agama. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/makassar/foto/bank/originals/TRIBUN-OPINI-Mawar-Putri-ASN-di-Pengadilan-Tinggi-Agama-Makassar.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.