Opini
Menumbuhkan Rasa Indonesia di Melanesia
Sumpah Pemuda belum sepenuhnya bergema di Papua. Indonesia perlu hadir bukan hanya sebagai kekuasaan.
Bagi banyak orang Papua, kehadiran Indonesia sering terasa administratif, bukan emosional.
Jalan raya dibangun, bandara berdiri megah, dana otonomi khusus digelontorkan, semuanya penting, tetapi sering kali hanya menyentuh permukaan, bukan hati.
Yang diinginkan Papua bukan sekadar pembangunan, tetapi pengakuan: bahwa warna kulitnya, bahasa dan adatnya, cara hidup dan nilai-nilainya adalah bagian sah dari wajah Indonesia.
Sudah delapan dekade Indonesia merdeka, namun narasi besar kebangsaan kita masih kerap dikisahkan dari satu poros budaya, wajah barat Nusantara yang berakar pada peradaban Melayu-Austronesia.
Dalam simbol, bahasa, hingga estetika politik, Indonesia sering tampil dengan citra homogen.
Sementara wajah Melanesianya (gelap kulitnya, keriting rambutnya, dan khas nilai komunalnya) jarang muncul sebagai bagian dari cerita nasional.
Padahal di sanalah letak persoalan: ketika bangsa ini tidak mampu memeluk semua wajah dirinya sendiri.
Karena itu, sudah waktunya kita meninjau ulang narasi kebangsaan yang kita warisi.
Indonesia bukan semata bangsa Melayu atau Austronesia, melainkan bangsa Nusantara yang juga berwajah Melanesia.
Mengakui hal ini bukan berarti menyerahkan kedaulatan, tetapi memperluas makna keindonesiaan itu sendiri, membuat Indonesia lebih utuh, lebih lengkap.
Kalimat “Indonesia adalah juga Melanesia” mungkin terdengar sederhana, namun dampaknya bisa sangat besar.
Ia dapat meretakkan sekat psikologis yang selama ini memisahkan rasa “kami” dan “mereka”.
Ia menegaskan bahwa warna kulit gelap, rambut keriting, dan identitas Melanesia bukan di pinggiran bangsa, melainkan di pusatnya.
Dengan kesadaran ini, Papua tidak lagi menjadi wilayah yang harus “diintegrasikan”, tetapi bagian dari makna keindonesiaan itu sendiri.
Dalam konteks geopolitik Pasifik, pengakuan ini juga penting.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.