Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Membedah Proses Kreatif Menulis KH Masrur Makmur

Dr. K.H. Masrur Makmur tampil memukau di Workshop Literasi Santri Digital. Semangat menulisnya disebut setara Ibnu Batutah dan Buya Hamka.

Ist
PENULIS OPINI - Bachtiar Adnan Kusuma. Ia mengirim foto untuk melengkapi opini 'Membedah Proses Kreatif Menulis K.H. Masrur Makmur'. Bachtiar Adnan Kusuma adalah Deklarator Nasional Asosiasi Penulis Profesional Indonesia 

Demikian pula K.H.Masrur telah menulis kisah perjalanannya ke berbagai negara dalam bukunya “Balancing of Life”.

Karena itu, Dr.K.H.Masrur seorang ulama, pendidik, pengusaha yang memiliki kecakapan tinggi menulis buku di tengah kurangnya akses buku-buku berbasis inspiratif.

Penulis tak bermaksud melebihkan adanya kesamaan Dr. K.H. Masrur Makmur dan Ibnu Batutah terletak pada kemampuannya menyajikan informasi yang akurat dan mendalam.

Keduanya memiliki perhatian yang besar terhadap buku dan ilmu pengetahuan sekaligus berusaha memberikan gambaran yang komprehensif tentang subjek yang mereka tulis.

Masrur Makmur dengan ketelitiannya dalam mengoreksi naskah, memastikan bahwa setiap informasi yang disampaikannya telah diverifikasi dan akurat.

Sementara Ibnu Batutah dengan pengamatannya yang tajam dan catatannya yang rinci, memberikan gambaran yang kaya tentang dunia pada masanya.

Masrur Makmur adalah contoh penulis yang menginspirasi. Ketelitian dan dedikasinya dalam menulis buku patut dijadikan teladan bagi para penulis muda.

Dengan membaca dan belajar dari karya ulama besar seperti Ibnu Batutah, kita dapat memperkaya wawasan dan meningkatkan kualitas tulisan kita.

Dr. Masrur Makmur, memiliki semangat berkarya yang tak lekang oleh waktu, mengingatkan penulis tentang Buya Hamka.

K.H.Dr.Masrur Makmur, selain dikenal dengan ketelitiannya yang luar biasa dalam menulis, juga memiliki semangat berkarya yang tak kenal lelah.

Semangat ini mengingatkan kita pada sosok Buya Hamka, seorang ulama, sastrawan dan pemikir besar Indonesia yang tetap produktif menulis meski dalam kondisi yang sulit.

Buya Hamka, di masa pemerintahan Orde Baru, pernah mendekam di penjara.

Namun, keterbatasan fisik dan tekanan psikologis tidak menghalanginya untuk terus berkarya. Di balik jeruji besi, Buya Hamka berhasil menyelesaikan Tafsir Al Azhar, sebuah karya monumental setebal 9.000 halaman yang menjadi salah satu tafsir Al-Qur’an berbahasa Indonesia yang paling berpengaruh hingga saat ini.

Semangat Buya Hamka dalam menulis Tafsir Al-Azhar di tengah keterbatasan menunjukkan keteguhan jiwa dan kecintaan yang mendalam terhadap ilmu pengetahuan.

Iatidak membiarkan kesulitan menghalangi niatnya untukmemberikan kontribusi positif bagi masyarakat.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved