Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Menyeimbangkan Visi dan Eksekusi: Kunci Transformasi Periode Kedua Unhas

Di tengah gelombang disrupsi dan tuntutan peradaban yang bergejolak, Universitas Hasanuddin (Unhas), sebagai mercusuar ilmu di jantung Benua Maritim

Editor: Edi Sumardi
DOK PRIBADI
PENULIS OPINI - Achmad Firdaus H SIP MIR, mahasiwa Doktor Hubungan Internasional dari University People’s Friendship of Russia. Dia menulis opini tentang kepemimpinan Prof Jamaluddin Jompa sebagai Rektor Unhas. 

Riset telah dispesifiskan pada keunggulan Unhas, yaitu Maritim, Kesehatan Tropis, dan Kebijakan Publik Regional.

Hal ini dikonkretkan melalui penguatan Rumah Sakit Pendidikan Unhas sebagai pusat riset kesehatan dan pendirian pusat-pusat studi unggulan yang memastikan setiap temuan ilmiah memiliki dampak hilirisasi nyata bagi masyarakat, sejalan dengan jati diri Unhas sebagai Global Impact University.

Fondasi ini telah berhasil menciptakan iklim optimisme, menumbuhkan budaya kerja keras, dan meneguhkan kembali martabat Unhas sebagai salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia.

Pelayaran menuju puncak kejayaan adalah maraton yang menuntut stamina dan fokus yang tak kenal lelah.

Jika mandat kepemimpinan dipercayakan kembali, pekerjaan rumah yang menanti adalah tantangan yang jauh lebih besar yaitu mengkonversi potensi menjadi performa berkelanjutan.

Tiga fokus utama menuntut penyelesaian di bawah kepemimpinan Prof JJ.

Pertama, adalah maturitas PTN-BH dan kemandirian finansial sejati, yakni mentransformasi otonomi yang diberikan status PTN-BH menjadi kemandirian finansial yang tak tergoyahkan.

Untuk mencapai ini, perlu ada lompatan besar dalam penumbuhan dana abadi (endowment fund) Unhas, didukung oleh manajemen aset yang cerdas dan berkelas dunia.

Lompatan ini juga harus mencakup akselerasi Komersialisasi Inovasi, di mana Unhas harus bergeser dari hanya menghasilkan paten menjadi menjual lisensi dan startup berbasis riset.

Kampus harus bertransformasi menjadi pusat pencipta nilai, agar tidak lagi bergantung pada UKT/SPP, melainkan pada aset intelektual yang dimiliki.

Fokus kedua adalah integrasi riset dan pengabdian yang trans-disipliner.

Hal ini berarti mengubah output riset menjadi solusi terintegrasi untuk masalah regional, seperti kemiskinan pesisir, ketahanan pangan, dan energi terbarukan.

Pembentukan pusat riset trans-disipliner yang mempertemukan kesehatan masyarakat, teknik, dan kelautan sangat esensial untuk menciptakan solusi komprehensif (misalnya, teknologi pengolahan limbah pesisir berbasis AI), menjadikan Unhas rujukan mutlak pemerintah dan industri di Indonesia Timur.

Terakhir, adalah penguatan humaniora dan etika untuk ketahanan budaya.

Di tengah gempuran AI dan digitalisasi, perlu ada penguatan pilar humaniora dan pendidikan karakter.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved