Opini
Unhas Sebagai Destinasi Wisata Baru: Kampus Humanis, Hijau, dan Berdaya
Sebagai PTN-BH, Unhas memiliki mandat otonomi akademik, tata kelola, dan keuangan.
Area strategis seperti tepi danau, aula kecil, serta ruang terbuka hijau dapat dimanfaatkan sebagai lokasi kegiatan keluarga, komunitas, hingga pertemuan
skala kecil (micro-MICE).
Penyewaan ruang tersebut, dengan tata kelola yang jelas dan berbasis regulasi, akan memberikan pendapatan tambahan sekaligus memastikan pemanfaatan aset kampus yang optimal.
4. Pengembangan Merchandise Resmi Unhas
Sebagai bagian dari strategi branding, pengelolaan merchandise resmi seperti kaos, topi, botol minum ramah lingkungan, hingga suvenir berbasis
identitas Unhas dapat menjadi sumber pendapatan yang berkesinambungan.
Selain itu, strategi ini memperkuat citra Unhas sebagai kampus destinasi yang memiliki identitas visual dan nilai jual yang kuat.
5. Kemitraan Hijau dan Corporate Social Responsibility (CSR)
Potensi pendanaan juga dapat digali melalui kerja sama dengan sektor swasta, pemerintah daerah, maupun lembaga donor dalam bentuk CSR atau program
kemitraan hijau.
Model ini dapat berupa adopsi ruang terbuka hijau, dukungan konservasi danau, hingga sponsor kegiatan pariwisata kampus.
Selain menambah sumber dana non-APBN, mekanisme CSR memperluas jejaring kolaborasi dan memperkuat legitimasi sosial program wisata kampus.
Campus-based tourism digolongkan sebagai niche dalam kategori cultural tourism, dimana kampus selain sebagai institusi Pendidikan juga berfungsi sebagai objek wisata budaya.
Universitas terkenal seperti di Eropa atau Tiongkok dapat menerima ribuan hingga jutaan pengunjung setiap tahun.
Studi dari Journal of Tourism and Heritage Research menyoroti bahwa pengunjung kampus terbagi dalam kelompok yaitu wisatawan pendidikan (baik dari dalam maupun luar sivitas akademik), masyarakat local dan wisatawan budaya (nasional maupun internasional).
Interaksi Publik & Akademisi seperti Studi di Tsinghua University, Beijing, oleh Mangi et al. (2019) mengungkap bahwa baik masyarakat umum maupun sivitas akademika memiliki persepsi yang saling mendukung terhadap pengembangan campus based tourism.
Keduanya sepakat bahwa perlu ada pengaturan yang tepat agar wisata kampus tidak mengganggu fungsi akademik.
Penelitian oleh Anuar dkk. (2024) menunjukkan bahwa campus tourism merupakan salah satu segmen pariwisata urban yang berkembang pesat.
Universitas Sabah Malaysia mengembangkan konsep wisata kampus dengan menekankan estetika, interaksi sosial, dan aktivitas kampus seluruhnya menyumbang manfaat sosial ekonomi.
Kerangka Konseptual dengan menggunakan Integrated Education Tourism Model seperti yang dijelaskan oleh Budiman, Hufad, dan Purnomo (2022) menyajikan model konsep integrasi education tourism berbasis potensi kampus.
Pendekatan ini menyatukan sumber daya manusia (mahasiswa, staf) dan fasilitas kampus dalam paket wisata yang edukatif, rekreatif, dan mengandung nilai hiburan menjadikan kampus sebagai sarana belajar sekaligus atraksi wisata.
Dengan menjadikan kampus bukan hanya sebagai ruang belajar, tetapi juga sebagai ruang wisata edukatif, rekreatif, dan berkelanjutan, Universitas Hasanuddin meneguhkan dirinya sebagai pionir model campus-based tourism di Kawasan Timur Indonesia dan teladan nasional bagi perguruan tinggi yang mandiri serta humanis.
Konsep ini menempatkan Unhas bukan sekadar institusi pendidikan, melainkan sebagai ekosistem sosial, budaya, dan ekonomi yang berdaya saing, sehingga kehadiran wisata kampus menjadi jalan strategis menuju kemandirian PTN-BH dan keberlanjutan pembangunan.
Pada akhirnya, wisata kampus Unhas adalah ikhtiar akademik dan sosial untuk menyatukan pengetahuan, lingkungan, dan masyarakat dalam harmoni yang produktif dan berkelanjutan. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.