Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

GP Ansor Sulsel

Diskusi Kepahlawanan Ansor Sulsel: Gelar Pahlawan Tak Bisa Dianulir, Soeharto Sudah Disahkan

Apakah memungkinkan gelar Pahlawan dianulir? Apakah gelar Pahlawan permanen? Masih perlukah pengangkatan Pahlawan?

|
Editor: AS Kambie
Dok.Tribun
PAHLAWAN REKONSILIASI - Ketua GP Ansor Sulsel Rusdi Idrus membuka Diskusi Kepahlawanan dan Rekonsiliasi Bangsa di Lantai 2 Red Corner Cafe, Jalan Yusuf Daeng Ngawing, Makassar, Sabtu siang, 15 November 2025. Panitia menghadirkan empat narasumber dalam diskusi yang dihadiri ratusan peserta ini: Pimpinan Pesantren Pesantren Ma’hadud Dirasatil Islamiyah Wal Arabiyyah Bontoala ( MDIA Bontoala ) Gurutta Dr KH Abd Mutthalib A MAg, Prof Dr Firdaus Muhammad, Dr Mahmud Suyuti, dan AS Kambie. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Ruang di lantai 2 Red Corner Café seketika hening. Terdengar hanya suara Gurutta Dr KH Abd Mutthalib Abdullah MAg. 

“Bahwa Soeharto ditetapkan sebagai pahlawan itu juga karena kehendak-Nya melalui pemerintah pusat وَمَا  تَشَآءُوْنَ  اِلَّاۤ  اَنْ  يَّشَآءَ  اللّٰهُ  ۗ اِنَّ  اللّٰهَ  كَا نَ  عَلِيْمًا  حَكِيْمًا, wa maa tasyaa-uuna illlaaa ay yasyaa Allah, semua yang telah terjadi, terjadi karena kehendak Allah. Ini sikap terbaik kita saat ini terhadap masalah ini,” ujar Gurutta Thalib, sapaan Pimpinan Pesantren Pesantren Ma’hadud Dirasatil Islamiyah Wal Arabiyyah Bontoala ( MDIA Bontoala ).

Gurutta Thalib didaulat memberi pernyataan akhir sekaligus memimpin doa dalam Diskusi Kepahlawanan dan Rekonsiliasi Bangsa di lantai 2 Red Corner Cafe, Jl Yusuf Daeng Ngawing, Makassar, Sabtu sore, 15 November 2025.

DISKUSI KEPAHLAWANAN  - Peserta Diskusi Kepahlawanan dan Rekonsiliasi Bangsa menduduki semua kursi di Lantai 2 Red Corner Cafe, Jalan Yusuf Daeng Ngawing, Makassar, Sabtu siang, 15 November 2025. Panitia menghadirkan empat narasumber dalam diskusi yang digelar Pimpinan Wilayah GP Ansor Sulsel ini: Pimpinan Pesantren Pesantren Ma’hadud Dirasatil Islamiyah Wal Arabiyyah Bontoala ( MDIA Bontoala ) Gurutta Dr KH Abd Mutthalib A MAg, Prof Dr Firdaus Muhammad, Dr Mahmud Suyuti, dan AS Kambie.
DISKUSI KEPAHLAWANAN - Peserta Diskusi Kepahlawanan dan Rekonsiliasi Bangsa menduduki semua kursi di Lantai 2 Red Corner Cafe, Jalan Yusuf Daeng Ngawing, Makassar, Sabtu siang, 15 November 2025. Panitia menghadirkan empat narasumber dalam diskusi yang digelar Pimpinan Wilayah GP Ansor Sulsel ini: Pimpinan Pesantren Pesantren Ma’hadud Dirasatil Islamiyah Wal Arabiyyah Bontoala ( MDIA Bontoala ) Gurutta Dr KH Abd Mutthalib Abdullah MAg, Prof Dr Firdaus Muhammad, Dr Mahmud Suyuti, dan AS Kambie. (Dok.Tribun)

Diskusi diprakarsai Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor sulsel. Hadir ratusan peserta. Selain dari pengurus dan kader Ansor Sulsel, hadir Ketua Komda Pemuda Katolik Sulsel, Ketua GAMKI Sulsel, Ketua Peradah Sulsel, Ketua IPTI Sulsel, Ketua Gemabudhi Sulsel, dan Ketua KNPI Sulsel.

Gabung juga puluhan kader PMII, Fatayat, IPNU, IPPNU, unsur generasi milinelial dan generasi Z, Ikatan Mahasiswa Komunikasi Kota Makassar, Persatuan Mahasiswa Selatan-selatan, serta Pimpinan DDI Addari Makassar KH Abd Rahman Zain Lc.

Narasumber lain, Guru Besar UIN Alauddin Makassar Prof Dr Firdaus Muhammad MA, Khatib Jam’iyyah Khalwatiyah Syekh Yusuf Al Makassariy Dr Mahmud Suyuti, dan Wakil Pemimpin Redaksi Tribun Timur AS Kambie.

Diskusi dipandu moderator Dr Suardi Mansing MPd.

“Penganugerahan gelar Pahlawan melalui kajian panjang dan mendalam,” tegas Prof Firdaus. 

Sejumlah peserta memang mempersoalkan penetapan  penguasa Orde Baru, Soeharto, sebagai Pahlawan Nasional.

“Masih terngiang dalam benak kami, bagaimana kami berunjuk rasa tahun 1998 menuntut Soeharto mundur. Jadi Soeharto itu diberhentikan sebagai presiden karena kejahatan. Apakah pantas jadi Pahlawan Nasional,” teriak seorang akademisi, Anshar Saud.

Tepuk tangan mengiringi pernyataan tegas Dosen Fakultas MIPA Unhas itu.

“Kalau ada yang harus dendam pada Pak Soeharto, tentu itu adalah Prabowo Subianto. Saya kira sebagian besar di antara kita tahu seperti apa yang dialami Pak Prabowo setelah Soeharto dilengserkan,” kata Kiai Mahmud Suyuti.

Seorang peserta mempertanyakan, “Apakah memungkinkan gelar Pahlawan itu dianulir? Apakah gelar Pahlawan itu permanen? Masih perlukah pengangkatan Pahlawan?”

“Tidak! Belum ada sejarahnya gelar Pahlawan Nasional dianulir kembali. Gelar Pahlawan itu permanen karena orangnya sudah mati, jadi tidak mungkin lagi berbuat kesalahan yang bisa membuat gelar pahlawannya tercederai. Dan tidak bisa karena perbuatan keturunannya sehingga gelar pahlawan seseorang dianulir,” jelas AS Kambie menjawab pertanyaan peserta.

Kiai Mahmud Suyuti menimpali. “Salah! Yang benar bahwa seorang pahlawan tidak pernah mati! Dia selalu hidup,” ujar Kiai Mahmud Suyuti seraya melafalkan Ayat Suci Alquran Surat Al Imran ayat 181.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved