Dua Profesor Unhas Sepakat Soeharto Jadi Pahlawan Nasional
Prof Dr Marsuki DEA menyebut Soeharto layak mendapatkan gelar pahlawan nasional.
Ringkasan Berita:
- Dua guru besar Universitas Hasanuddin, Prof Dr Marsuki DEA dan Prof Armin Arsyad, sepakat bahwa Presiden ke-2 RI Soeharto layak dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
- Prof Marsuki menilai kepemimpinan Soeharto selama 32 tahun membawa stabilitas ekonomi dan menjadikan Indonesia “macan Asia”.
- Prof Armin Arsyad menilai jasa Soeharto besar sejak masa revolusi hingga era pembangunan.
TRIBUN-TIMUR.COM - Dua guru besar Universitas Hasanuddin (Unhas) sepakat Presiden ke-2 RI Soeharto menerima gelar Pahlawan Nasional.
Keduanya Prof Dr Marsuki DEA dan Prof Armin Arsyad.
Prof Dr Marsuki DEA menyebut Soeharto layak mendapatkan gelar pahlawan nasional.
Ia memimpin Indonesia selama 32 tahun.
Soeharto juga merupakan putra terbaik bangsa terlepas dari kontroversi yang ada di publik.
Baca juga: Soeharto dan Gelar Pahlawan: Antara Jasa dan Luka Bangsa
“30-an tahun jadi presiden dengan ragam pembangunan dilakukan itu sangat layak mendapatkan penghargaan pahlawan nasional," ujar Prof Marsuki DEA, Rabu (5/11/2025).
"Memang ada aspirasi saat itu, beliau mundur dengan sendiri dengan mengumumkan ke publik,” ujarnya.
Sejak presiden Soeharto memimpin Indonesia, negara memiliki kedaulatan ekonomi yang baik.
Inflasi terjaga dengan baik, pertumbuhan ekonomi terbaik se Asia tenggara.
Ekonomi bangsa Indonesia ditakuti dan berlabel “macan Asia”.
“Tidak bisa dinafikan jasa jasa beliau (Soeharto). Saya pikir dengan pengusulan beberapa pihak, beliau layak mendapatkan gelar pahlawan nasional,” ujar Prof Marsuki.
Begitupula Prof Armin Arsyad juga menilai Sorharto layak menerima gelar pahlawan nasional.
“Banyak jasa jasa beliau. Sejak jaman penjajahan, revolusi, sampai jaman pembangunan Soeharto berjasa di negeri ini. Layak mendapatkan gelar pahlawan,” kata Prof Armin.
Saat Belanda mengumumkan bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) sudah tiada dan yang tersisa hanya pasukan Belanda, Soeharto berani tampil di radio.
Ia mengumumkan ke publik yang mengakibatkan Eropa tidak percaya Belanda dan dunia mengutuk agresi militer Belanda ke Indonesia.
“Di situ salah satu jasa Soeharto, belum lagi masa revolusi dan lain sebagainya. Jika ada salah, saya pikir itu bisa kita maafkan dengan banyak kebaikannya untuk negara kita,” ujar Prof Armin Arsyad.
Profil Soeharto
Soeharto lahir di Kemusuk, Yogyakarta pada 8 Juni 1921.
Soeharto merupakan putra dari Kertosudiro, seorang petani yang juga sebagai pembantu lurah dalam pengairan sawah desa.
Kemudian, ibunya bernama Sukirah.
Pendidikan Soeharto
Soeharto mulai masuk sekolah ketika berusia delapan tahun.
Ia sering pindah-pindah sekolah.
Awalnya, Soeharto disekolahkan di Sekolah Desa (SD) Puluhan, Godean.
Kemudian, dipindahkan ke SD Pedes karena sang ibu dan suaminya, Pramono pindah rumah, ke Kemusuk Kidul.
Pada tahun 1942, Soeharto berhasil menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong, Jawa Tengah.
Hingga akhirnya, resmi menjadi anggota TNI pada tanggal 5 Oktober 1945.
Kehidupan Rumah Tangga
Pada tahun 1947, Soeharto menikah dengan Siti Hartinah.
Siti Hartinah merupakan seorang anak pegawai Mangkunegaran.
Pernikahan Letkol Soeharto dan Siti Hartinah dilaksanakan tanggal 26 Desember 1947 di Solo.
Saat itu, usia Soeharto 26 tahun dan Hartinah 24 tahun.
Setelah menikah, mereka dikaruniai enam putra dan putri.
Anak Soeharto:
- Siti Hardiyanti Hastuti
- Sigit Harjojudanto
- Bambang Trihatmodjo
- Siti Hediati Herijadi
- Hutomo Mandala Putra
- Siti Hutami Endang Adiningsih.
Perjalanan Karier
Soeharto telah mengalami perjalanan panjang dalam karier militer dan politiknya.
Di kemiliteran, Pak Harto memulai kariernya dari pangkat sersan tentara KNIL.
Kemudian, komandan PETA, komandan resimen dengan pangkat Mayor dan komandan batalyon berpangkat Letnan Kolonel.
Pada tahun 1949, Soeharto berhasil memimpin pasukannya merebut kembali kota Yogyakarta dari tangan penjajah Belanda.
Soeharto juga pernah menjadi Pengawal Panglima Besar Sudirman.
Selain itu, pernah menjadi Panglima Mandala (pembebasan Irian Barat).
Hingga pada tanggal 1 Oktober 1965, Soeharto mengambil alih pimpinan Angkatan Darat saat meletusnya G-30-S/PKI.
Selain dikukuhkan sebagai Panglima Angkatan Darat(Pangad), Jenderal Soeharto ditunjuk sebagai Pangkopkamtib oleh Presiden Soekarno.
Kemudian, bulan Maret 1966, Jenderal Soeharto menerima Surat Perintah 11 Maret dari Presiden Soekarno.
Ia bertugas mengembalikan keamanan dan ketertiban serta mengamankan ajaran-ajaran Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno.
Situasi politik yang memburuk setelah meletusnya G-30-S/PKI, maka pada saat Sidang Istimewa MPRS, Maret 1967, Soeharto ditunjuk sebagai Pejabat Presiden.
Ia dikukuhkan sebagai Presiden RI Kedua, Maret 1968.
Semasa kepemimpinannya, Soeharto dianugerahi penghormatan sebagai Bapak Pembangunan Nasional oleh MPR.
| Pemilihan Rektor Unhas yang Mencengangkan |
|
|---|
| Profesor Hukum Unhas Jadi Rektor UNM |
|
|---|
| Profesor Hukum Unhas Jadi Rektor UNM, Prof Karta Jayadi Dinonaktifkan Sementara |
|
|---|
| 4.000 Mahasiswa Makassar Gaungkan Passion in Action di Grab Generasi Campus |
|
|---|
| Prof Sukardi Weda Ingin Bawa Unhas Jadi Perguruan Tinggi Berdaya Saing Global |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.