Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Prof Ismail Rektor IAIN Langsa Hadiri MQK di Wajo: Semoga As’adiyah Terus Lahirkan Ulama

Prof Ismail mengaku bangga bisa menhadiri MQK pertama di Kabupaten Wajo.

|
Editor: Ansar

TRIBUN-TIMUR.COM - Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Langsa, Prof Ismail Fahmi Arrauf Nasution hadiri Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Internasional di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.

IAIN Langsa satu kampus di Nanggroe Aceh Darussalam, Aceh.

Prof Ismail Rektor IAIN Langsa periode 2023-2027. 

Ia menyaksikan Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, membuka gelaran perdana MQK Internasional 2025 di Pondok Pesantren As’adiyah, pada Kamis (2/10/2025).

Prof Ismail bangga bisa menghadiri MQK pertama di Kabupaten Wajo.

Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pemikiran Islam itu memuji pesantren As'adiyah dan Wajo.

"Pesantren As’adiyah bagi saya adalah salah satu pesantren besar, yang menjadi benteng keilmuan Islam klasik di Nusantara," kata Prof Ismail saat berkunjung ke redaksi Tribun-timur.com, Jumat (3/10/2025).

Ia menyebut, MQK ini menunjukkan, As’adiyah tidak hanya menjaga tradisi keilmuan kitab kuning.

Kitab kuning adalah jantung dari sistem pendidikan pesantren.

Metode pengajaran yang digunakan, seperti Sorogan (santri membaca di hadapan kiai) dan Bandongan (kiai membaca dan menjelaskan, santri mencatat makna), dirancang khusus untuk mengkaji dan memahami teks-teks klasik ini secara mendalam dan berurutan.

As'adiyah juga berhasil mentransformasikannya menjadi semangat kompetisi yang sehat, intelektual, dan penuh keberkahan.

"Saya merasa bangga dapat menyaksikan langsung bagaimana para santri tampil dengan keilmuan yang mendalam, argumentasi yang kokoh, sekaligus adab yang terjaga," kata dia.

Hal ini menjadi bukti nyata, pesantren masih menjadi lokomotif penting dalam menjaga tradisi ilmiah dan peradaban Islam di Indonesia.

"Semoga As’adiyah terus melahirkan generasi ulama, cendekia, dan pemimpin umat yang berakar kuat pada khazanah turats, namun tetap relevan dengan tantangan zaman," kata dia.

Khazanah turats adalah istilah dalam bahasa Arab, berarti kekayaan warisan klasik atau kumpulan literatur keilmuan tradisional.

Istilah ini merujuk pada karya-karya intelektual, terutama dalam bidang keagamaan dan ilmu pengetahuan, dihasilkan para ulama dan cendekiawan Islam dari masa lampau.

Dalam kunjungan ke Wajo, Prof Ismail Fahmi juga ziarah ke makam Syekh Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini di Tosora.

Syekh Jamaluddin juga dikenal sebagai Syekh Jumadil Kubro.

Ia seorang tokoh penting penyebar Islam di Nusantara.

Memiliki makam dan peninggalan masjid di Tosora.

Tosora adalah desa sejarah dan budaya, di Kecamatan Majauleng.

Desa di sebelah timur Kota Sengkang ini, pernah menjadi pusat pemerintahan (Ibu Kota) Kerajaan Wajo pada masa lampau,  abad ke-17 Masehi.

Jarak dari Kota Sengkang ke Tosora sekitar 19,2 kilometer.

Waktu tempuh dengan menggunakan adalah sekitar 39 menit. (*)

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved