Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kajian ICMI Jepang: Artificial Intelligence Canggih tapi Belum Bisa Gantikan Akal, Hati, Roh Manusia

Kecerdasan buatan (AI) kini makin dominan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, secanggih apa pun teknologi

Editor: Edi Sumardi
ICMI ORWIL JEPANG
KAJIAN AI - Foto tangkapan layar dari virtual meeting, kajian yang digelar Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Orwil Jepang pada Sabtu (4/10/2025). Kajian ini bertajuk "AI dan Eksistensi Manusia: Refleksi dalam Nilai Islam". 

TRIBUN-TIMUR.COM - Kecerdasan buatan (AI) kini makin dominan dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, secanggih apa pun teknologi ini, akal, hati, dan ruh manusia tetap tidak tergantikan.

Hal ini menjadi poin penting dalam kajian yang digelar Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Orwil Jepang pada Sabtu (4/10/2025).

Kajian daring bertajuk "AI dan Eksistensi Manusia: Refleksi dalam Nilai Islam" ini menekankan bahwa AI adalah amanah yang harus diarahkan untuk kemaslahatan, bukan menggantikan kemanusiaan.

Narasumber kajian, Dr Eng Dinda Pramanta, Dosen Kyushu Institute of Information Sciences Jepang, mencontohkan penggunaan AI yang bijak.

Ia menyebutkan AI dengan computer vision dapat dipakai sebagai alat bantu peraga gerakan salat.

"Implementasi yang seperti ini sangat memberikan kemaslahatan yang besar bagi umat muslim di dunia," ujar Dinda Pramanta, Wakil Ketua ICMI Orwil Jepang.

Kajian yang diikuti puluhan peserta ini merupakan seri keenam dari Kajian Sains reguler ICMI Jepang.

Kajian dibuka Ketua Pengurus ICMI Orwil Jepang, Dr Muh Zulkifli Mochtar, dan dimoderatori oleh Sherry Adelia, mahasiswa Program Doktor Hiroshima University.

Zulkifli, kolumnis Tribun Timur, menjelaskan, ICMI Jepang rutin mengadakan kajian Islam dan Sains.

Ia menambahkan, seorang cendekiawan muslim harus terus mampu meluaskan pemikiran baru dan membangun kesadaran masyarakat sambil memegang teguh konsistensi moral dan etika keislaman.

"Kajian sebelumnya bertopik energi terbarukan, kesehatan, fisika, sumber daya alam, dan berbagai topik sains ditinjau dari perspektif Islam. Menjadi cendekiawan muslim tidaklah mudah. Harus terus mampu memperluas pemikiran baru, memberikan kontribusi nyata, dan membangun kesadaran masyarakat dengan berbagai cara yang cendekia. Selain itu, juga butuh konsistensi moral dan etika keislaman sebagai pilar utama," kata Zulkifli.(*)


 
 
 

 


 

 


 


 

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved