Headline Tribun Timur
Kontaminasi Bakteri Penyebab Makanan Beracun
Senyawa nitrit di MBG biang kerok gejala keracunan massal melanda siswa di Bandung Barat.
TRIBUN-TIMUR.COM - Senyawa nitrit menjadi pemicu utama gejala keracunan massal melanda siswa di Bandung Barat.
Gejala keracunan tersebut muncul setelah para siswa menyantap hidangan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dipasok dari tiga Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) berbeda.
Tim Investigasi Independen BGN menemukan kadar nitrit sangat tinggi pada sampel sisa makanan, khususnya pada buah melon dan lotek salah satu menu MBG.
Hasil uji toksikologi dari Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jabar menunjukkan kadar nitrit mencapai 3,91 mg/L dan 3,54 mg/L pada masing-masing sampel.
Jumlah tersebut melampaui batas maksimum yang ditetapkan oleh standar internasional.
Baca juga: 8 Guru SMPN 1 Sinjai Terlibat Salurkan MBG untuk 887 Siswa, Honor Rp100 Ribu Per Hari
Jika mengacu pada standar Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA) menetapkan batas maksimum 1 mg/L, kadar nitrit dalam sampel makanan tersebut hampir empat kali lipat dari batas aman.
Secara alamiah, beberapa buah dan sayuran memang mengandung nitrit, namun kadarnya dapat meningkat karena aktivitas bakteri mengubah nitrat menjadi nitrit, atau sebaliknya.
Hasil analisis BGN menguatkan temuan ini.
Pola gejala yang ditunjukkan para korban sangat sejalan dengan gejala keracunan nitrit.
BGN mencatat bahwa efek pada saluran pencernaan bagian atas, seperti mual, muntah, atau nyeri lambung, mendominasi gejala, mencapai 36 persen, sementara gejala diare di saluran cerna bagian bawah tidak dominan.
Selain itu, gejala pusing atau kepala terasa ringan, yang muncul pada 29 persen korban, mengindikasikan pelebaran pembuluh darah, yang merupakan ciri keracunan nitrit.
Gejala lemas dan sesak napas pada sebagian korban juga menunjukkan adanya keracunan nitrit, karena senyawa ini bisa menyebabkan methemoglobinemia, suatu kondisi di mana kemampuan hemoglobin dalam darah untuk membawa oksigen menjadi berkurang.
Tim investigasi BGN melaporkan bahwa mereka tidak menemukan adanya bakteri jahat penyebab keracunan makanan, seperti Eschericia coli dan Staphylococcus aureus, maupun racun lain seperti sianida, arsen, logam berat, atau pestisida.
Temuan ini memperkuat kesimpulan bahwa senyawa nitrit menjadi satu-satunya penyebab utama keracunan.
BGN sebelumnya telah bertemu dengan sejumlah korban dan dokter di Puskesmas Cipongkor dan RSUD Cililin serta mempelajari hasil uji Labkesda Jabar untuk memastikan kesimpulan investigasi.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.