Headline Tribun Timur
Jangan Lagi Ada Provokator
Tawuran antarwarga di Tallo kembali pecah. Dua pemuda tewas, Wali Kota Makassar imbau warga hentikan provokasi.
“Jangan takut kalau ketahuan memberikan informasi. Kita akan menjaga betul kerahasiaannya,” katanya menegaskan.
Ia juga memaparkan langkah strategis aparat seperti membuat posko keamanan, menjalankan patroli, hingga menindak tegas pelaku kejahatan.
"Saya rasa inilah tanggung jawab kita bersama, sekali lagi peran serta dan kerjasama kita bersama, sama-sama mewujudkan kemaslahatan," katanya menegaskan.
Mengenai beberapa pelaku pembakaran rumah dan aksi penyerangan yang sudah ditangkap, AKBP Andi Erma Suryono menjelaskan mengapa polisi tidak mengumumkannya secara terbuka.
“Kenapa kejadian kemarin, terutama pembakaran rumah, tidak kami expose? Karena kami punya teori dan taktik. Kalau terlalu awal dipublikasikan, dikhawatirkan pelaku lain melarikan diri," bebernya.
Ia menegaskan, polisi tidak dapat bergerak sembarangan.
Tindakan penangkapan harus mengikuti prosedur hukum agar tidak terjadi salah tangkap atau cacat peradilan.
Hal sama disampaikan Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin.
Ia menegaskan kolaborasi antara pemerintah, aparat, dan masyarakat sangat penting, karena penyelesaian konflik tidak bisa hanya mengandalkan satu pihak.
“Ditanya siapa yang melakukan? Tidak satu pun yang mau jadi saksi. Tidak satu pun. Bagaimana proses bisa berjalan kalau tidak ada saksi?," keluh Munafri.
Wali Kota berpesan agar warga tidak saling memprovokasi dan menghentikan kebiasaan membela kelompok tertentu.
“Jangan ada yang menjadi provokator. Jangan ada kelompok merasa lebih baik dari kelompok lain. Kita tidak tahu besok siapa jadi korban,” tegas Munafri lagi.
“Kami akan terus berusaha memperbaiki keadaan. Tolong bantu kami, kita maksimalkan apa yang kita punya. Ini tidak bisa dibiarkan lagi,” tuturnya.
Namun, keresahan warga terungkap nyata pasca pertemuan tersebut. Seorang ibu rumah tangga bernama Ati, warga RW 05 RT02 Kelurahan Lembo, menyuarakan protes kerasnya di halaman gedung pertemuan.
Ia mengeluh atas lambannya respon kepolisian, khususnya terkait laporan penemuan barang bukti.
"Ini sudah kebakaran ketiga, ini susahnya aparat, ditelepon nabilang tunggu mobil-tunggu mobil, masa mobil kau tunggu sampai satu harian, tidak masuk akal, ada apa," protes Ati penuh emosi.
Ati mengaku sudah menghubungi aparat untuk mengambil barang bukti yang diamankan warga, termasuk bom molotov, busur, bahkan narkoba di Jl Pannampu Lorong 2, namun terhambat alasan transportasi.
"Sudah dari tadi pagi disuruh ambil, tolong diambil ini. Yang didapatkan itu, bom molotov, busur, ada juga sabunya," ujarnya.
Ati menyampaikan keluhannya dengan nada lantang namun sedikit bergetar, menggambarkan ketakutan dan trauma masyarakat. Ia menekankan ketegasan aparat sangat dibutuhkan, dan penangkapan oknum tak boleh tebang pilih.
Ia menambahkan, agenda pertemuan seperti itu sudah dua kali dilakukan, namun belum ada dampak berarti, justru ketegangan warga semakin menguat.
"Ini (pertemuan) sudah dua kali. Tidak ada artinya. Kalau tidak ada tindak lanjut tidak ada ketegasan. Kalau begitu-ji buang-buang anggaran saja," katanya menegaskan. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/makassar/foto/bank/originals/2025-11-23-HL-TRIBUN.jpg)