Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

UMI Dorong Petani dan Ibu Rumah Tangga di Waelawi Lutra Masuk Ekonomi Digital

Mereka didukung 20 mahasiswa UMI dari Program Studi Sistem Informasi, Teknik Informatika, Manajemen FEB, dan Kesehatan Masyarakat.

|
Penulis: Rudi Salam | Editor: Munawwarah Ahmad
ISTIMEWA
PENGABDIAN UMI - Tim PM-BEM UMI berfoto bersama usai melakukan pengabdian di Desa Waelawi, Kecamatan Malangke Barat, Kabupaten Luwu Utara, Kamis (13/11/2025). Tim pengabdian mendorong petani dan ibu rumah tangga di Desa Waelawi masuk dalam ekonomi digital. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Tim Program Pengabdian Masyarakat Badan Eksekutif Mahasiswa (PM-BEM) Universitas Muslim Indonesia (UMI) mendorong petani dan ibu rumah tangga di Desa Waelawi, Kecamatan Malangke Barat, Kabupaten Luwu Utara (Lutra) masuk dalam ekonomi digital.

Salah satu yang dilakukan dengan menghadirkan program bertajuk “Revitalisasi Agroindustri Sagu Luwu Utara melalui Inovasi Produk dan Digitalisasi e-SagooCraft untuk Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Kelompok Tani dan KeDas Waelawi.”

Program ini mendapat dukungan Hibah DPPM Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (DPPM Kemdiktisaintek).

Kegiatan terpusat di Desa Waelawi, sebuah desa pesisir yang mayoritas warganya berprofesi sebagai petani sagu dan beradadi kawasan rawan banjir akibat kedekatannya dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) Rongkong. 

Di desa ini, sagu menjadi komoditas utama, namun selama ini pengolahannya masih tradisional dan nilai tambah produk yang dihasilkan relatif rendah.

Program yang berlangsung September hingga November 2025 ini dilaksanakan tim dosen UMI yang terdiri atas ketua Dewi Widyawati, serta anggota Mardiyyah Hasnawi, Hajrah Mansyur, dan Yusriani.

Mereka didukung 20 mahasiswa UMI dari Program Studi Sistem Informasi, Teknik Informatika, Manajemen FEB, dan Kesehatan Masyarakat.

Mahasiswa ini terlibat dalam sosialisasi, pelatihan, pendampingan teknis, hingga penguatan literasi digital dan pemasaran online.

Mitra program terdiri atas dua kelompok utama, Kelompok Tani Sagu Waelawi sebagai mitra produktif, beranggotakan 20 petani dengan luas lahan sekitar 12 hektar. 

Selama ini mereka masih mengolah sagu secara manual dan hanya menghasilkan tepung sagu mentah dengan kapasitas 50 hingga 80 Kg per minggu.

Ada juga Kelompok Dasawisma (KeDas) Waelawi sebagai mitra nonproduktif, beranggotakan 20 ibu rumah tangga yang sebelumnya belum memiliki kegiatan ekonomi terstruktur dan belum terlibat dalam pengolahan sagu maupun pemasaran digital.

“Program ini menjawab Musrenbang kami,” kata Kepala Desa Waelawi, Ir Tasran, dalam keterangan tertulis, Kamis (13/11/2025).

Melalui program ini, tim PM-BEM UMI menghadirkan intervensi dari hulu hingga hilir, mulai dari produksi, manajemen usaha, hingga pemasaran/digitalisasi.

Pada aspek produksi, tim memperkenalkan alat bantu semi-modern seperti parut motorik, pengering tray/solar dome, dan press untuk mempercepat proses pengolahan sagu, meningkatkan kapasitas produksi, sekaligus memperbaiki mutudan higienitas. 

Petani juga dilatih menerapkan SOP sanitasipangan, sehingga proses pengolahan tidak lagi dilakukan di area terbuka tanpa standar kebersihan.

Diversifikasi produk berbasis sagu juga menjadi fokus utama. 

Kelompok tani dan KeDas Waelawi dilatih memproduksi dange sagu, beras analog sagu, gula cair sagu, dan mie sagu.

Produk ini kemudian dikemas dengan packaging modern menggunakan standing pouch, botol plastik, dan vacuum sealer, sehingga tampak lebih profesional, higienis, dan siap bersaing di pasar ritel maupun online. 

Ketua Kelompok Tani Sagu Waelawi, Muh Ridwan, mengakui perubahan yang dibawa program ini cukup terasa bagi para petani.

“Dulu kami hanya tahu jual tepung sagu mentah, itu pun dikerjakan manual dan capek sekali,” kata Ridwan.

Bagi Kelompok Dasawisma (KeDas) Waelawi, program ini menjadi momentum penting untuk naik kelas dari kelompok nonproduktif menjadi pelaku ekonomi kreatif desa. 

Salah satu inovasi penting dalam program ini adalah pemanfaatan aplikasi Android e-SagooCraft, platform e-commerce lokal yang dikembangkan tim dosen UMI dan telah mendapatkan HAKI.

Melalui e-SagooCraft, petani dan KeDas Waelawi dapat mengunggah katalog produk olahan sagu, mengelola stok dan pencatatan produksi secara digital, serta menerima pesanan secara online.

Bisa juga berinteraksi dengan pembeli melalui fitur live chat, dan memantau statistik penjualan dan performa toko.

Ketua Tim, Dewi Widyawati, menjelaskan e-SagooCraft dirancang sederhana agar mudah digunakan oleh pemula.

“Kami sadar, literasi digital di tingkat desa masih beragam. Karena itu, e-SagooCraft dibuat user friendly dan didampingidengan pelatihan berjenjang. Targetnya, baik petani maupun ibu-ibu KeDas bisa mandiri mengelola toko digital mereka,” jelasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved