Musim Pancaroba
3.300 Kasus ISPA di Bone Selama Oktober, Diare 393
Penderita ISPA mencapai 3.300 kasus, jauh lebih tinggi dibandingkan penyakit lain seperti diare 393 kasus dan tuberkulosis (TBC) 255 kasus.
Ringkasan Berita:
- Dinas Kesehatan Kabupaten Bone mencatat 3.300 kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) selama Oktober 2025, menjadikannya penyakit terbanyak dibanding diare (393 kasus) dan TBC (255 kasus).
- Kasi P2M Komarudin menyebut peningkatan ISPA dipicu perubahan cuaca ekstrem dan rendahnya kesadaran hidup bersih.
- Dinkes Bone terus memperkuat edukasi masyarakat melalui puskesmas dan kader kesehatan desa untuk pencegahan ISPA, diare, dan TBC.
TRIBUN-TIMUR.COM, BONE- Dinas Kesehatan (Dinkes) Bone mencatat penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) menjadi kasus terbanyak ditangani selama Oktober 2025.
Penderita ISPA mencapai 3.300 kasus, jauh lebih tinggi dibandingkan penyakit lain seperti diare 393 kasus dan tuberkulosis (TBC) 255 kasus.
Kasi P2M, Komarudin, menjelaskan tingginya kasus ISPA disebabkan perubahan cuaca dan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pola hidup bersih dan sehat.
“Perubahan cuaca ekstrem dari panas ke hujan memicu meningkatnya risiko ISPA, terutama pada anak-anak dan lansia. Kami terus mengimbau masyarakat menjaga daya tahan tubuh dan lingkungan agar tetap bersih,” ujar Komarudin, Jumat (7/11/2025).
Selain ISPA, kasus diare juga masih menjadi perhatian karena berkaitan erat dengan sanitasi lingkungan dan perilaku hidup bersih.
Baca juga: 221 Kasus Ispa dan 35 Diare Serang Warga Bua Luwu di Musim Pancaroba
Pihaknya terus memperkuat upaya promotif dan preventif di lapangan melalui puskesmas dan kader kesehatan desa.
“Kami tidak hanya fokus pada pengobatan, tapi juga pada pencegahan. Edukasi kepada masyarakat tentang cuci tangan, kebersihan makanan, dan penggunaan air bersih terus kami lakukan,” tambahnya.
Penyakit TBC meskipun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan ISPA dan diare, tetap menjadi fokus utama program Dinkes karena bersifat menular dan membutuhkan pengawasan pengobatan jangka panjang.
Penanganan TBC di Bone dilakukan secara berkesinambungan dengan pendekatan pengawasan minum obat (PMO) dan pelacakan kontak erat penderita.
“Kami mendorong pasien TBC untuk tidak menghentikan pengobatan sebelum tuntas, karena hal itu bisa menimbulkan resistansi obat,” tegasnya.
Di sisi lain, warga turut merasakan dampak meningkatnya kasus ISPA.
Salah satu warga Kelurahan Tibojong, Rahma (34), mengaku anaknya dua kali mengalami batuk pilek dalam sebulan terakhir.
“Cuaca memang tidak menentu sekarang. Anak saya mudah sekali terserang flu dan batuk. Untungnya cepat dibawa ke puskesmas, pelayanannya juga cukup baik,” katanya.
Dirinya berharap pemerintah lebih sering melakukan penyemprotan atau edukasi kesehatan di lingkungan padat penduduk.
“Kalau bisa ada penyuluhan rutin di tiap kelurahan, apalagi banyak anak-anak yang gampang tertular,” tandasnya.
| 11 Warga Palopo Positif DBD Selama Oktober |
|
|---|
| Demam dan Flu Dominasi Keluhan Pasien di IGD RSUD Syekh Yusuf Gowa |
|
|---|
| Musim Pancaroba? Ini 5 Tips Kesehatan ala Direktur RSUD Batara Guru dr Daud |
|
|---|
| Maag, Diare, dan Demam Dominasi 61 Kasus Rawat Inap di Puskesmas Cenrana |
|
|---|
| 3 Penyakit Terbanyak Diderita Warga Bulukumba di Musim Pancaroba |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.