Opini

Framing Negatif Dokter dan Kesalahan Berpikir

Editor: Edi Sumardi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

drg Rustan Ambo Asse SpPros, alumnus Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

Ada proses panjang, bagaimana belajar sterilitas alat, anatomi manusia, obat-obatan yang semuanya dipelajari dalam kurung waktu cukup panjang.

Semua standarisasi itu tentu dibuat demi keselamatan pasien jika kelak mereka telah menjadi dokter gigi.

Penolakan Kebijakan

Dalam ruang diskusi di banyak tempat, di warung kopi, rumah sakit dan di grup-grup Whatshapp seakan-akan menjadi ruang-ruang perlawanan terhadap pola kebijakan Kementerian Kesehatan yang tidak partisipatif.

Keprihatinan civitas akademika dari berbagai kampus seperti Unhas, UI, Unpad dan lain-lain akhirnya membuahkan berbagai penyataan sikap.

Pola Kebijakan ini tidak menyisakan ruang-ruang diskusi yang akademis.

Dalam era reformasi saat ini ada hal kontradiksi ketika  sebuah kebijakan menyangkut hajat hidup orang banyak diselesaikan dengan terbitnya berbagai macam regulasi yang masih perlu pembahasan bersama.

Lemahnya data dan tinjauan akademis dalam sebuah regulasi tentu akan berdampak besar terhadap pembanguan kesehatan di Indonesia.

Keprihatinan komunitas profesor dari kampus-kampus sejatinya dipandang sebagai alarm agar tidak melangkah lebih jauh.

Ada sebuah ancaman berupa akibat yang tak terkendali jika hal ini dibiarkan.

Presiden Prabowo perlu melakukan evaluasi secara mendalam bahwa pekik suara dari kampus adalah suara-suara murni tanpa kepentingan, suara yang selama ini diam.

Namun, kini terpaksa berteriak karena ada 286 juta jiwa penduduk Indonesia yang dipertaruhkan jika gerak langkah pembangunan kesehatan dilakukan secara sporadis.

Kita perlu perubahan yang transformatif, yang tidak membuang capaian-capain masa lampau, namun berani berkata tidak untuk hal-hal yang tidak relevan untuk pembangunan kesehatan di Indonesia.

Semoga.(*)

 

 

 

 

Berita Terkini