"Menurut kawan-kawan di Makassar, temuan LSI Denny JA itu menyatakan Andi Seto di kisaran angka 29 persen, sementara (Indikator) kami 21 persen, jelas perbedaannya secara statistik signifikan," tambah Prof. Burhanuddin Muhtadi.
Dia melanjutkan, kedua survei dilakukan dalam rentang waktu yang sama.
Sehingga perbedaan ini memunculkan pertanyaan besar terkait metode dan validitas data.
Menanggapi perbedaan ini, Prof. Burhanuddin menyatakan kesiapannya untuk membuka data survei Indikator kepada pihak independen guna memastikan keakuratan hasil.
“Jika ada pihak-pihak independen yang ingin mengecek data kami, Indikator siap diaudit kapan saja," katanya.
Terlebih, Indikator merupakan bagian dari anggota Persepi (Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia) yang menjamin kredibilitas metode survei kami.
Namun, ia mengingatkan bahwa LSI Denny JA bukan bagian dari Persepi.
Sehingga tidak dapat dimintai pertanggungjawaban dengan standar yang sama.
"Dan kami (Indikator) siap untuk diaudit oleh lembaga Persepi, meskipun kami tahu Persepi tentu tidak bisa memanggil LSI Denny JA. Sebab LSI Denny JA bukan bagian dari anggota Persepi," tandasnya.
Perbedaan data ini memicu spekulasi dan perdebatan di kalangan masyarakat dan media.
Banyak pihak bertanya-tanya, survei mana yang lebih kredibel.
"Jadi lagi-lagi jelas temuan Indikator dan LSI Denny jauh berbeda. Jangan lupa survei LSI Denny JA dan survei Indikator dilakukan dalam rentang waktu yang sama," jelas Prof. Burhanuddin. (*)